Friday, August 28, 2009

Tutorial Hidup Bahagia Ala Cah Angon

Sore masih teramat panas meskipun jarum arloji saya sudah menunjuk angka tiga. Tapi ini bukan masalah bagi saya, hari Sabtu adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari libur, waktu untuk bergembira bersama keluarga kecil saya. Setelah menahan kerinduan selama satu minggu bekerja di pedalaman. Untuk mendinginkan mesin motor dan mendinginkan penunggangnya (maklum puasa) saya pun memutuskan untuk beristirahat sejenak. Saya memperlambat laju motor untuk mencari tempat yang teduh.

Illustrasi diambil dari : www.bataviahunter.blogspot.com

Akhirnya saya menemukan tempat yang cocok. Sebuah tempat dengan pohon-pohon yang rimbun di pinggir jalan. Di depannya terhampar padang ilalang yang hijau dengan beberapa ekor sapi (jenis sapi Bali) sedang asyik memilah mana rumput yang enak untuk dimakan (ilalang kurang enak untuk sapi, emang pernah jadi sapi Cak? Durung tapi aku duwe sapi ndik Jawa). Ternyata saya tidak sendirian, seorang kakek tua berusia 70-an duduk sambil uro-uro (bernyanyi lagu Jawa). Setelah basa-basi sejenak kami pun memperkenalkan diri masing-masing. Kakek ini hebat juga, tak tampak bekal atau pun sekedar minuman pelepas dahaga. Memang benar, Kakek ini berpuasa sama seperti saya. Usianya yang lanjut dan pekerjaan di tempat panas sebagai penggembala (Cah Angon, wis tuo tapi tetap ae bocah Cak! Nek wong angon ki) tidak menghalanginya untuk beribadah di bulan suci ini.

Kakek ini ternyata memang orang alim, beliau Imam masjid di kampungnya. Beliau memberikan satu tip yang bisa saya beri nama ‘Tutorial Hidup Bahagia Ala Cah Angon’ seperti yang saya jadikan judul tulisan ini. Ia mengawali ceritanya dari kegiatan sehari-hari dahulu di Jawa yakni mencari rumput untuk sapi-sapinya (yang saat ini kegiatan itu tidak dilakukan karena sapi cukup dilepas di padang ilalang). Ia mencari rumput setiap pagi dengan peralatan sabit, keranjang bambu, dan sebuah ember untuk air minum sapinya. Untuk mencari rumput ia harus berjalan dua kilometer jauhnya, setelah sebelumnya menyeberangi sungai kecil di belakang rumahnya.

Ia membawa keranjang rumput di atas kepalanya (disunggi) sedangkan ember air ditenteng di tangan kanan. Tangan kirinya memegangi keranjang sehingga keseimbangan terjaga. Terkadang karena saking payahnya mendaki bukit, ia hilang keseimbangan dilepaskannya embernya (airnya terbuang) dan dipeganginya keranjang supaya rumputnya tidak tumpah berhamburan. Saya heran mengapa ia melakukan itu? Mengapa tidak menaruh embernya lalu baru menyelamatkan rumputnya?

Kakek itu tersenyum saat saya melontarkan pertanyaan itu kepadanya. Jawaban pertamanya, karena rumput lebih susah dicari sedangkan air dimana-mana. Tapi saya tetap mengejarnya dengan berbagai pertanyaan karena saya yakin bukan hanya itu maknanya. Akhirnya ia pun menjelaskan bahwa cerita itu adalah sebuah tamsil (analogi). Akhirat adalah rumput dalam keranjangnya, dunia adalah air dalam embernya. Jika akhiratnya goncang tidak usah berpikir lama, segera selamatkan meskipun kita harus melepaskan dunia. Jangan terbalik, dunianya goncang akhiratnya dilepaskan dan dipegangi dunianya. Manusia yang sukses adalah yang bisa membawa diri bisa selamat baik dunia maupun akhirat.

Ia pun melanjutkan, bahwa sebenarnya Agama ini (Islam) telah mengalami penurunan dari masa ke masa. Dahulu agama ini dijunjung tinggi di atas kepala umat Islam. Semua perintah dilaksanakan sami’na wa atho’na (saya mendengar dan saya melaksanakan). Inilah masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Kemudian agama ini turun ke Kepala, banyak pemikiran-pemikiran dari umat Islam sehingga muncul banyak penafsiran (antara lain terawih menjadi dua puluh tiga rakaat) inilah masa Khalafa’ur Rasyidin. Kemudian turun lagi ke Mulut, agama ini menjadi perdebatan di antara sesama kaum muslimin. Inilah masa ulama-ulama mahzab. Kemudian turun lagi ke Dada, ini termasuk masa kita. Orang mengucap syahadat sekali saja (biasanya pas nikah) dan ia tidak melakukan amalan apapun terutama shalat. Kemudian turun lagi ke Perut, ini juga masa kita saat ini. Demi satu kardus mie instant, satu karung beras, beberapa lembar uang, umat Islam rela melepaskan agamanya. Kemudian turun lagi ke bawah perut (maaf: Alat Kelamin). Demi pria atau wanita yang dicintai (namun beda agama), umat Islam rela melepaskan agamanya. Di masa sekarang hal ini banyak sekali terjadi.

Untuk itulah, saran Sang Kakek, kita harus menjaga supaya agama ini kembali naik jauh di atas kepala-kepala kita. Agama ini jangan dibiarkan turun karena jika turun lagi kemungkinannya adalah di kaki. Agama ini diinjak-injak dan kita tanpa sadar turut serta di dalamnya. Demikian apa yang saya dapatkan dari “Cah Angon” (anak gembala) yang dalam gurauannya ia mengatakan ia adalah orang paling awet muda. Apa sebab? Sudah tujuh puluh tahun lebih hidup di dunia masih disebut “Bocah Angon.”









Wednesday, August 26, 2009

Miss Universe 2009: Bikini Emas Untuk Venezuela

Saya tidak sempat menonton final dari pemilihan Miss Universe tahun ini. Bukan karena Bulan Ramadhan atau tidak hobi (kalau saya mengakui masih hobi melihat wanita cantik) tapi karena posisi saya di pedalaman dan kebetulan TV satu-satunya parabolanya sedang rusak parah. Pagi-pagi baca berita berseliweran di internet, Stefania Fernandez (18) memenangkan kontes Ratu Sejagat tahun ini. Venezuela pun menajdi negara yang memenangkan kontes Ratu Sejagat ini dua tahun berturut-turut setelah Dayana Mendoza di tahun lalu. Banyak suara protes dari kalangan kita meskipun secara tidak langsung hanya melalui komentar di berita maupun milist. Mari kita cermati permasalahan ini secara lebih mendalam.
Ada beberapa hal unik yang mungkin lepas dari pantauan kita semua. Pertama tentu saja Venezuela yang notabene negaranya lagi gontok-gontokan dengan Amerika (kontes Miss Universe ini konon identik dengan Negeri Pakdhe Sam itu) justru menjadi pemenang terbanyak kedua dengan enam kali menyabet gelar Ratu Sejagat. Angka ini hanya kalah satu poin di bawan Simbahnya Miss Universe yakni Amerika Serikat. Salain itu, Venezuela menjadi negeri yang memenangkan kontes Miss Universe dua tahun berturut-turut (Prek! Masih kalah sama Rudi Hartono, Juara All England tujuh kali berturut-turut, opo hubungan e Cak? Mbuh aku yo ora ngerti). Artikel selengkapnya bisa ditanyakan ke Mbah Google.

Data yang disajikan di website resmi Miss Universe juga tak kalah menarik. Wakil dari Indonesia menempati urutan teratas sebagai favorit di ajang ini bersama empat belas negara lainnya. Uniknya hasil polling ini meleset 100% dari perkiraan banyak orang. Hasil polling menunjukkan ada lima belas besar peringkat teratas kontestan terfavorit yakni Indonesia, Brazil, Guatemala, Ekuador, Thailand, Vietnam, Mesir, Peru, El Salvador, Meksiko, Filipina, Bolivia, Kolombia, Ukraina, dan Republik Dominika. Empat belas diantaranya tidak mampu menembus lima belas besar versi juri (jurine Malaikat yang nggak punya nafsu kali ya) dan hanya menyisakan Aimee De la Cruz kontestan asal Republik Dominika yang menjadi juru kunci di lima belas besar polling.

Kita bukan mempermasalahkan Indonesia menang polling tapi kalah oleh wasit (kayak sepakbola saja ya, apa kita tawur saja dengan jurinya?). Tapi lebih pada apa motivasi dari dipilihnya Venezuela? Orang bisa saja berpendapat, “Pantaslah, warga negaranya banyak, sampai-sampai ada program KB (Keluarga Berantakan) jadi polling-pollingan mesti menang” (Nek sing milih wong Indonesia thok Cak! Lah yang klik dari negara lain juga banyak milih Zizi! Tenang ojok emosi-macak mandhito). Tapi bagaimana dengan keempat belas negara lainnya. Ajang ini tentu tidak lepas dari situasi politik saat ini. Miss Universe sudah bukan rahasia umum akan menjadi agen bagi kapitalis barat. Bahkan seorang Stefania Fernandez yang tidak bisa Bahasa Inggris (sebagai bahasa international gitu loh! Jarene anal gauk eh anak gaul Cak!) pun bisa dipilih menjadi Miss Universe.

Kembali ke politik. Saat ini, Amerika Serikat dipusingkan dengan munculnya pemimpin-pemimpin berhaluan kiri di Amerika Latin. Dahulu mungkin hanya Kuba dengan Fidel Castro-nya saja. Tapi akhir-akhir ini, kita bisa melihat betapa banyaknya pemimpin tipe seperti ini di Amerika Latin. Sebagian diantaranya adalah Michelle Bachelet mantan tapol perempuan yang menjadi presiden terpilih di Chile, terpilihnya Evo Morales seorang pemimpin gerakan petani suku Indian menjadi Presiden Bolivia, dan terakhir Hugo Chavez seorang Presiden yang anti-Amerika dengan aksi-aksi politik yang revolusioner. Hugo Chavez ini tidak lain adalah Presiden Venezuela (Bapak e Dayana Mendoza dan Stefania Fernandez dong-macak bingung?!). Selamat Venezuela, kalian mendapatkan “Bikini Emas” karena dua kali berturut-turut menjuarai Miss Universe .

Tuesday, August 25, 2009

Tutorial Membuat Patah Hati Menjadi Masa Yang Indah

Menilik dari judulnya, sebenarnya bukan masanya lagi saya untuk menulis ini. Tapi hal ini begitu penting untuk saya bagi kepada anda sekalian. Beberapa hari yang lalu, istri saya memutuskan untuk mencari kerja di kota. Ia mengajar di SD sebuah Yayasan dengan gaji lumayan. Saya pun kembali seperti bujangan, makan di kantin umum perusahaan dan bertemu dengan teman-teman yang benar-benar bujangan atau yang bujang jadi-jadian (ia kerja disini sedangkan istrinya di Jawa).

Suatu hari, saya mendengar sebuah lagu yang paling sering saya putar.
Kasih Tak Sampai-nya band Padi. Oh, ternyata salah seorang teman yang bujangan sedang patah hati. Ah, ada baiknya saya sedikit membagi tip dan tutorial mengatasinya. Ya, karena untuk urusan patah hati rekor saya hanya di kalahkan oleh Panglima Tian Feng. Penjaga surga yang dikutuk menjadi babi Pat Kay dan harus menerima dihukum dengan seribu deraan cinta karena terlibat affair dengan bidadari (kalau pengebom malah pengen affair dengan bidadari). Bahkan saya pernah mendengar anekdot kawan-kawan, “mungkin jodohmu sudah mati saat masih sperma.” Tragis sekali. Namun setelah bertahan seperti layaknya Panglima Tian Feng, Allah SWT benar-benar mengirimkan bidadari dunianya untukku. Bahkan aku tidak menyangka dia secantik itu.

Nah, kembali ke kawan tadi. Saya segera duduk di dekatnya dan menyanyikan lagu itu sama-sama. Saya melihat mukanya begitu kusut. Tak sabar, dengan semua beban yang ditanggungnya, dia pun bertanya,”Bang kayak caranya melupakan orang yang sangat kita cintai tapi kita tak dapat cintanya?” Tanpa panjang lebar, saya pun menceritakan detail mengenai pengalaman saya layaknya sinetron bersambung dengan episode yang panjang. Intinya, saat mengalami patah hati tidak usah melakukan hal-hal yang membuat fisik dan psikis kita capek. Kalau saya paling pergi ke Kaliurang atau ke Samigaluh (di Yogyakarta sana dahulu) yang hawanya dingin, berkumpul dengan masyarakat desa, dan menulis puisi sebelum tidur. Masing-masing orang punya obat tersendiri. Kalau saya, itu adalah obat paling manjur.

Satu hal yang harus dipegang, jangan pernah kita menurunkan grade hanya karena patah hati. Jadi ada kawan yang sangat amat pandai menggaet wanita sampai dia membuat daftar lima wanita incarannya, tidak kena nomer satu yang nomer dua, tidak juga nomer dua ya nomer tiga, dst. Kebetulan kawan yang patah hati di depan saya ini, tipenya teguh pendirian tapi hampir saja, “Ya udah, kalau awak tak bisa yang itu, ya yang ini saja.” Jangan anda lakukan itu, karena itu sudah pasti akan menghancurkan hidup anda, dan selamanya anda akan hidup dengan penyesalan.



Seperti kala itu, saya terakhir patah hati tanggal 24 Agustus 2004 (pas dong berulang tahun kelima) yang pada akhirnya setelah saya mendapatkan pasangan yang akhirnya menjadi istri saya (my lovely wife setelah empat tahun berpacaran) hari itu saya peringati sebagai
Hari Pat Kay Nasional. Setelah hari itu saya memisahkan diri dengan kecintaan terhadap wanita. Saya asyik dengan puisi dan skripsi saya. Pokoknya aku sibuk-sibukkan sesibuk-sibuknya. Sampai pada bulan November 2004 saya bertemu dengan seorang yang meruntuhkan hati saya. Mengajarkan saya mengenai cinta yang mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Wanita inilah yang akhirnya menjadi istri saya sekarang. Saya pun memberikan saran kepada kawan si korban cinta tadi untuk mencoba apa yang telah saya lakukan di masa lalu. Buat sibuk dengan pekerjaan, jangan turunkan grade wanita yang dikejar, tetap berusaha dan tidak takut untuk jatuh cinta lagi. Semoga saja, cepat sembuh patah hatinya, dan hari ini bisa menjadi Hari Pat Kay Nasional bagi dia.


Jual Pentol Beli Tanah, Jual Tanah Beli Pentol

Hari ini saya melakukan perjalanan dengan motor ke kota Kabupaten terdekat. Kota Nangabulik (meskipun lebih pas disebut desa) ibukota dari Kabupaten Lamandau. Meskipun Bulan Ramadhan banyak penjual makanan yang berseliweran maupun warung yang masih buka. Maklum disini jumlahnya berimbang antara muslim dan non muslim. Justru menurut saya, inilah puasa yang baik. Puasa yang adil bagi semua. Jangan berpikiran sempit, dengan dalih menghormati orang yang berpuasa warung-warung harus tutup. Padahal para pedagang justru sangat berharap masih bisa memperoleh penghasilan sebagai modal untuk marayakan lebaran bersama keluarga.

Di sepanjang perjalanan menuju Kantor Bupati. Ada satu hal yang menarik perhatian saya. Di sepanjang jalan, saya berpapasan dengan banyak sekali penjual pentol (cilok kalau bahasa di kampung saya). Lebih dari lima motor dengan keranjang bambu di boncengannya (sayang sekali saya tidak membawa kamera). Di sebelah kanan keranjang diletakkan sebuah baskom yang mengepulkan uap dari sela-sela tutupnya. Sedangkan di sebelah kirinya, sebuah termos es besar berisi es batu. Diantara keduanya terdapat sebuah kotak kayu yang berisi 2 botol sirup dan 2 lodong plastik saus tomat dan saus sambal.

Penjual Pentol--Seorang penjual pentol sedang mengayuh sepedanya di jalanan Kota Jakarta. Di Kabupaten Lamandau, Kalteng, banyak penjual pentol yang sukses dan bertransformasi menjadi orang kaya baru dengan berkebun sawit dan karet.

Banyak sekali penjual pentol di daerah ini. Tertarik profesi lama sebagai pencari berita, saya pun mendatangi tiga orang penjual pentol yang sedang beristirahat di sebuah warung pinggir jalan. Setelah permisi kepada yang punya warung (otomatis saya tidak membeli karena hari puasa) untuk sekedar beristirahat. Kemudian saya pun memulai obrolan dengan menanyakan asal mereka. Ketiganya ternyata berasal dari Jawa. Satu orang transmigran dan dua lainnya murni perantau dari Jawa (yang kini sudah menetap di Kabupaten ini).

Saya tertarik menanyakan mengenai keuntungan dari perdagangan mereka. Betapa kagetnya saya tatkala mendengar bahwa mereka bisa mendapatkan keuntungan bersih seratus sampai tiga ratus ribu. Sampai saat ini, menurut pengakuan mereka, sangat jarang mereka membawa balik dagangan mereka alias selalu habis terjual. Masyarakat yang konsumtif menjadi sasaran empuk bagi para pedagang ini. Seorang penjual yang merupakan perantauan mengatakan bahwa dia dulu juga berdagang pentol di Surabaya. Tapi hasilnya kurang bisa memenuhi kebutuhan. Mendengar seorang saudaranya yang transmigran bahwa barang dagangan pentol ini sangat laku di Lamandau maka ia pun hijrah dari Jawa ke Lamandau.

Setiap hari mereka berkeliling dari satu kampung ke kampung lain menjajakan pentolnya. Mereka justru menempatkan desa transmigran di urutan terakhir dari kunjungan harian mereka. Alasannya bisa ditebak, kalau orang transmigran hampir mirip di Surabaya dan daerah Jawa lainnya. Mikir sampai seribu kali hanya untuk membeli pentol. Itulah mengapa mereka menjelajahi kota yang lebih majemuk masyarakatnya. Terlepas dari semua cerita di atas, ada satu hal yang cukup menarik. Kerja sebagai penjual pentol adalah sambilan saja daripada menganggur, karena dalam adat Jawa yang paling kuno sekalipun menganggur itu hal yang tidak baik.

Setelah satu per satu bercerita, makin tercenganglah saya. Ada penjual yang punya sebuah yang truk dan sekarang ia ikutkan ke perusahaan kelapa sawit. Hasil dari truk tersebut lima jutaan sebulannya. Lalu penjual yang satunya lagi, mempunyai dua kapling sawit plasma yang hasilnya saat ini masih sedikit masing-masing kapling tiga jutaan, dan terakhir penjual yang suka membeli tanah. Warga asli kalimantan terkenal mempunyai kepemilikan tanah yang luas, itulah sasaran dia. Sambil berdagang pentol dia bertanya ke pelanggannya, apakah ada orang yang menjual tanah? Setelah itu dia beli. Meskipun tanah kosong, saat ini tanah yang ia miliki sampai dua puluhan hektar. Ia membeli secara bertahap, satu hektar, dua hektar dst.

Saya jadi begitu kecil di hadapan perantau-perantau hebat ini. Semangat juang mereka begitu tinggi. Motivasi hidup mereka begitu kuat saat memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahiran mereka dengan tekad kuat untuk merubah hidup. Mereka juga bercerita banyak tetangganya yang berjualan sayur dan berjualan baju. Tetangganya itu lebih sukses dari mereka. Terkadang kita begitu remeh memandang pekerjaan seperti penjual pentol keliling, penjual sayur keliling dll Namun di balik itu semua, ketika kita bisa memilih tempat usaha yang tepat maka hasilnya sangat luar biasa. Sampai-sampai ada anekdot yang sudah umum di kalangan masyarakat,”Mereka Jual Pentol Untuk Beli Lahan, Kami Jual Lahan Untuk Beli Pentol.”

Terakhir, untuk masyarakat yang saat ini berjejal-jejal di Ibukota Jakarta (JABODETABEK) menurut saya lebih baik kalian semua pergi ke Kalimantan. Silahkan pilih Kalimantan sebelah mana. Di sini masih banyak peluang untuk berusaha. Jangan terlena dengan keramaian dan kegelamoran Jakarta. Kalimantan lahan masih luas, lahan masih murah, usaha belum banyak saingan, berbondong-bondonglah pindah dari Jakarta yang berjejal-jejal, Surabaya yang pengap, Semarang yang sumpek, dll. Welcome to BORNEO.....

Monday, August 24, 2009

Tutorial Bangkit dari Kondisi Sulit ala Daniel

Saya yakin kita semua pernah mengalami keterpurukan. Bahkan mungkin saking terpuruknya, kita seolah putus asa dengan hidup yang kita jalani. Membaca judul di atas, anda mungkin akan bertanya-tanya. Siapakah Daniel? Kok saya belum pernah mendengar namanya di kalangan para motivator? Tidak salah anda bertanya semacam itu, karena Pak Daniel ini merupakan motivator yang secara kebetulan saya temukan di kota Pangkalan Bun.

Kisah ini berawal, pada saat kami baru saja pindah ke kota ini. Terdorong keinginan istri untuk membeli peralatan listrik dan perabotan sebagai pengisi rumah (kontrakan) kami yang baru, Kami pun berkeliling layaknya masa pacaran. Setelah membeli perlengkapan rumah tangga, kami pun terpikir untuk mencari alat-alat listrik. Pasar Indra Kencana adalah satu-satunya tujuan kami, karena tempat itulah sentral paling ramai di kota ini.

Sampai di komplek pasar, kami mampir di TOKO CITIZEN. Sebuah toko yang tidak bisa dibilang besar, hanya bentuknya memanjang. Barang-barang berjejal di sana sini. Toko ini berada di seberang jalan 100 meter dari HOTEL CITY, tempat kami biasa menginap ketika belum pindah ke Pangkalan Bun. Masuk ke Toko, kami disambut seorang pria berkacamata yang usianya kurang lebih 50-an. Ia dibantu seorang saudaranya menanyakan seputar keperluan kami. Kami membeli 3 buah lampu neon, kabel rol meter, dan sebuah jek T. Pria berkacamata itu bernama Pak Daniel dan saudaranya bernama Pak Iwan.

Obrolan demi obrolan mengalir begitu saja diantara kami. Saya hanya bisa mengatakan Luar Biasa! Dari sekian toko di kota ini. Baru saya temui seorang pemilik sekaligus pelayan toko yang sangat ramah, penuh filosofi, dan sangat mengutamakan kejujuran dalam perniagaannya. Dua gelas plastik air mineral ia suguhkan, dan mulailah kami bercerita mengenai pengalaman masing-masing. Kami bercerita tentang hidup, Feng Sui, dan terutama bangkit dari keterpurukan. Mereka berdua dengan sangat ramah melayani kami bahkan tidak pernah peduli kami ini kere atau orang kaya. Itulah yang saya sangat sukai.

Pak Daniel mempunyai perjalanan bisnis yang cukup panjang. Ia pernah berbisnis cargo yang akhirnya berhenti. Ia dan keluarga berasal dari Banjarmasin Kal-Sel. Seperti layaknya etnis Tiong Hoa, Pak Daniel telah bergelut dengan dunia dagang sejak muda. Pengalaman paling berkesan sekaligus paling menyedihkan adalah saat ia mengatakan bahwa ia pernah mengalami kebakaran sampai tiga kali. Untuk ukuran orang biasa dengan kekuatan emosional yang biasa-biasa saja, hal ini tentu sudah membuat seseorang stress. Namun tidak bagi Pak Daniel, ia pindah dari Banjarmasin ke Pangkalan Bun dua puluh tahun yang lalu. Ia hidup di Pasar Indra Kencana (pada waktu itu masih pasar lama), tidur beralaskan tikar, dan berdagang kecil-kecilan. Pada waktu itu, hidup sangat susah bahkan untuk makan saja, Pak Daniel sekeluarga menunggu es batu yang ia buat laku.

Ia mengatakan, dalam menghadapi hidup ini jangan pernah ada kata menyerah. Kita harus sadar betul, sukses juga bergantung dengan orang sekitar kita. Apa salahnya kita ramah dengan orang-orang sekitar kita? Jika memang berbisnis jangan tanggung-tanggung, ada niat jalankan. Meskipun dari nol. Jadilah seperti yang ia alami selama ini. Sukses tidak berbangga diri, terpuruk pun tidak menangis. Ia pun senantiasa bersyukur, bisa punya usaha. Masih banyak saudara kita yang lain yang tidak punya penghasilan.

Satu hal lagi yang membuat kami bertanya-tanya, semua Kaset dan CD yang dijual Pak Daniel adalah produk original. CD dan Kaset seperti ini hanya dijual di Popeye Music Cassette atau Bulletin dan toko musik besar jika di kota saya di Yogyakarta. Apakah dia tidak takut rugi? Ia mengatakan, perdagangan ini bukan hanya uangnya yang dipikirkan namun barokahnya (jika boleh membahasakan begitu karena filosofinya panjang sekali). Jika kita menjual barang asli, maka rejeki itu berkah untuk dia dan semua (baik pembeli, penyanyi yang direkam suaranya, produser, studio rekaman, dll). Untuk hal ini seharusnya sich, Pak Daniel dapat penghargaan dari penyanyi-penyanyi itu He...he...he...

Setelah panjang lebar kami bercerita, kami membeli salah satu televisi dagangan Pak Daniel. Merk Korea yang kurang terkenal, TV 14 Inchi seharga Rp. 600.000,- ditambah 3 lampu neon, jek T, sepasang baterai alkaline (untuk kamera yang dipergunakan memotret ini). Saya juga bilang sama Pak Daniel, jika kota ini kelak berkembang menjadi seperti Jakarta, Surabaya, atau Yogyakarta sementara orang-orang masih berdagang dengan cara lama, pasti Pak Daniel akan ketimpa untungnya. Suatu saat ketika orang-orang banyak cari barang yang asli, orang-orang cari toko dengan pelayanan yang ramah tanpa pandang bulu, orang-orang belanja tidak sekedar menukar uang dengan barang namun lebih hubungan psikologis antar sesama. Sudah pasti CITIZEN akan menjadi pilihan bagi semua citizen (warga).


Wednesday, August 19, 2009

Tutorial Shalat Yang Paling Berkesan Bagi Saya

KETIKA artikel ini ditulis, baru saja dilaksanakan pengajian menyambut Ramadhan, di desa tempat tinggal saya. Pedalaman yang teramat terpencil sehingga susah untuk mencari mubaligh yang mumpuni. Pada akhirnya, pengajian ini diisi oleh seorang Kyai yang belum tua antara 25-30 tahun. Nampak sekali dia dilahirkan dan dibesarkan di daerah yang lekat dengan budaya NU membuat pengajian terasa lebih santai namun meresap jauh sampai ke palung hati terdalam bagi saya. Tema yang dijelaskan berkutat dengan puasa dan bulan suci Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi.

Satu hal yang berkesan (menurut banyak orang yang hadir) pada saat beliau menerangkan mengenai Shalat. Keutamaan shalat berjamaah dan bagaimana cara menjalankan shalat dengan benar versi dia. Uniknya, dia menerangkan dengan gamblang dengan contoh nyata, samasekali tidak ada dalil yang susah-susah. Meskipun diselingi humor yang mengocok perut. Namun menurut beberapa jamaah yang ditemui setelah pengajian, mereka amat terkesan mengenai apa yang dia terangkan. Saya akan mengurai beberapa yang saya ingat antara lain:

Keutamaan Shalat 

Shalat merupakan amalan yang utama. Shalat adalah kepala dari semua amalan kita. Saking pentingnya amalan ini, Allah SWT memberikan wahyu langsung kepada Nabi Muhammad SAW tanpa perantara Malaikat Jibril. Nah, Shalat sebagai Kepala dari semua amalan maksudnya baik buruknya semua amalan tergantung dari Shalatnya. Jika orang tidak shalat maka secara otomatis amalan yang lain akan terpengaruh. Beliau mengambil contoh yang mudah. Jika ada tamu yang datang ke rumah kita, dia tidak punya tangan atau tidak punya kaki masih bisa disebut manusia meskipun cacat. Tapi jika ada orang datang mengetuk rumah kita, dan pas kita buka pintu dia tidak mempunyai kepala tentu saja kita akan kaget dan lari karena sudah pasti dia bukan manusia. Jadi seperti itu juga Shalat, meskipun kita membawa amalan yang banyak namun tidak membawa amalan shalat tentu saja seperti tamu tanpa kepala tadi. Tidak bisa disebut manusia, alias tidak bisa disebut seorang muslim sejati.


Kemudian kata beliau lagi, shalat itu seperti angka Satu dan amalan lainnya seperti angka Nol di belakangnya. Meskipun Nol berjejer sampai selawe (dua puluh lima) tapi tanpa angka Satu di depannya makan nilainya tetap Nol. Sebaliknya setiap angka Nol akan mempunyai nilai dan makna jika ada angka satu di depannya. Misal ada satu angka nol dan di depannya angka satu maka bisa dikatakan nilainya sepuluh, jika ada dua angka nol dan di depannya angka satu maka bisa dikatakan nilainya seratus, dst. Tapi jika angka nol berjejer sampai selawe (dua puluh lima) tapi tidak ada angka satu di depannya maka tidak bisa dikatakan nilainya selain tetap Nol tapi berjejer banyak. Nah, demikian juga shalat. Meskipun membawa amalan sak thekruk (pokoknya banyak lah) ada sedekah, puasa, dzikir, haji sekalian tapi tanpa membawa amalan shalat ya seperti Nol yang berjejer selawe.

Keutamaan Shalat Berjamaah

Bagi muslim wajib hukumnya shalat berjamaah di masjid. Bagi orang yang baligh hampir semua tahu bahwa pahala shalat berjamaah dua puluh tujuh kali lipat daripada shalat sendirian. Kyai ini tadi menanyakan kepada para jamaah yang hadir (rata-rata petani). Jika mereka panen pisang satu tandan dihargai seribu rupiah disini sedangkan di kota dua puluh tujuh ribu, mereka pilih mana? Sudah pasti rela jauh-jauh ke kota untuk membawa pisang tersebut. Sama seperti shalat, karena kita tidak tahu dan lebih parah lagi tidak yakin bahwa shalat berjamaah pahalanya dua puluh tujuh kali lipat. Jika kita tahu dan yakin sudah otomatis kita akan shalat berjamaah setiap waktu shalat.

Cara Menjalankan Shalat Dengan Benar

Shalat yang benar itu menurut beliau adalah jika seorang muslim sudah mampu membawa sifat-sifat shalat keluar shalat (kehidupan sehari-hari). Beliau mengambil contoh antara lain:

Jika di dalam sholat ada membaca Al Quran maka di luar sholat kita juga harus membaca Al Quran (mengaji dengan rutin dan istiqomah). Di dalam sholat setiap perpindahan gerakan kita membesarkan Allah SWT mengucap “Allahu Akbar” maka di luar sholat dalam setiap pergantian aktivitas hidup kita harus dimulai dan diakhiri dengan doa sebagai wujud kita membesarkan Allah SWT. Mau makan, selesai makan, mau tidur, bangun tidur, masuk WC, keluar WC, pokoknya semua aktivitas harus dimulai dan diakhiri dengan doa.

Di dalam sholat kita menundukkan pandangan, maka di luar sholat pun mata jangan jelalatan apalagi jika melihat cewek cantik yang seingat kita belum kita ajak akad nikah.
Di dalam sholat kita mengucapkan salam maka di luar sholat kita juga menebarkan salam, yang lebih muda sampaikan salam ke yang lebih tua, yang naik mobil salam ke yang naik motor, yang naik motor salam ke yang naik sepeda, yang naik sepeda salam ke yang jalan kaki, yang jalan kaki salam ke yang sedang duduk di pinggir jalan.

Nah itulah beberapa hal yang disampaikan oleh Kyai muda tersebut. Mungkin bagi anda sekalian yang membaca dan kebetulan lulusan pondok pesantren terlebih yang langitan. Tentu anda akan protes (semoga tidak ding) karena pengetahuan Kyai ini kok rendah sekali, sudah tidak tahu dalil ngawur lagi tapi kok benar ya. Maklumlah, daerah pedalaman tidak ada rotan akar pun jadi. Weleh…weleh…tahukah Anda? Siapakah Kyai yang dimaksud? Itulah Kyai Kandil Sasmita kelahiran Ngawi Jawa Timur. Terakhir, tak lupa kami mohon sedekahnya, bukan dengan uang namun dengan mereferensikan artikel ini untuk bisa dibaca satu orang teman anda, dengan begitu anda juga telah mendakwahkan perkara sholat ini kepada saudara muslim kita yang lain dan anda telah bersedekah pahala kepada saya, tanpa mengurangi pahala anda. matur suwun

Sunday, August 16, 2009

Tutorial Meningkatkan Traffic Blog ala Saya

Betapa kagetnya saya, ternyata blog antah berantah yang benar-benar tidak jelas alirannya ini menjadi urutan kedua saat saya memasukkan kata kunci "Tutorial Adbrite". Hebatnya lagi saat saya mengetik kata kunci "Gudang Tutorial" blog ini nangkring di urutan pertama mengalahkan gudang tutorial lainnya. Setelah lama tidak dipantau dan sibuk keluar masuk desa-desa di pedalaman Kal-Teng, ternyata blog ini telah jauh melampau di empunya sendiri. Sementara blog ini sudah layaknya sebuah lautan luas yang saya gunakan untuk membuang segala unek-unek, grundelan, copy paste artikel yang bagus (persetan jarene blog sing apik ojo copas! ora urusan! ora urunan! ora nduwe duit!) sehingga bisa terbaca orang-orang yang belum tahu dan hal itu saya pandang perlu untuk diketahui khalayak luas


Sebenarnya untuk meningkatkan minat baca para pamiarso blog kita, menurut saya adalah hal yang paling utama kita lakukan adalah membuat blog kita seperti swalayan. Orang mau cari apa aja ada. Weleh...weleh...bisa ruwet ini karena tentu celotehannya bisa macem-macem. " Saya ingat dulu waktu membuat blog ini, awal-awal belajar membuat blog. Setelah searching berjam-jam mengumpulkan tutorial membuat blog, akhirnya memilih blogger yang jauh lebih mudah (urip ngopo golek angel-angel?). Begitu blog sudah jadi, saya pusing mau diisi apa blog ini? nah baru saya ingat, pasti di dunia yang antah-berantah ini banyak orang-orang yang bingung kayak saya. Sibuk cari tutorial kesana kemari, maka jadilah Gudang Tutorial yang ditulis oleh orang yang habis bingung cari tutorial (walah malah remuk to?).

Mengapa saya menulis mengenai tutorial padahal kemampuan saya hanya sedalam cekeran pithik. Saya membayangkan sebuah blog adalah dagangan yang harus laku dijual. Dalam hal ini saya belajar dari pengalaman saya saat membeli HP di Jogja Phone Market yang terletak di gedung BDNI . Saat itu saya tertarik mendekati sebuah konter karena tertarik dengan sebuah HP Nokia lawas yang sangat besar ukurannya dengan bentuk melengkung seperti pisang. Nah setelah saya perhatikan lama, akhirnya saya pun menawar barang tersebut. Eh..lah..dalah...apa jawaban si penjual? "Maaf Mas, HP ini hanya pajangan. Ini HP rusak sudah lama. Ini hanya pemanis saja, penarik orang untuk datang kesini.

Alamak! pemanis. Yup, tidak hanya wedang rondhe yang butuh gula sebagai pemanis. Saya jadi tahu. Untuk membuat sebuah blog yang mempunyai traffic pengunjung tinggi. Saya harus menulis apa yang banyak dicari orang. Setelah blog ramai, baru saya menulis mengenai idealisme saya. Yah kira-kira begitu....He3x. Terakhir tinggalkan comment di setiap blog yang anda kunjungi dengan mencantumkan Nama dan URL blog anda. Dari Comment itulah nanti blog anda bisa makin terkenal. Tapi puyeng juga saat searching, apa yang banyak dicari orang Indonesia? ternyata kata-katanya adalah b*gil, Nges*x, Ngen**t, dll. Waduh bagaimana nich? akhirnya saya memilih Tutorial karena saya yakin banyak orang yang bakal mencari tutorial sama seperti saat pertama kali saya mencoba membuat blog.

Thursday, August 13, 2009

Indonesia Bangsa Terkuat di Dunia

JIKA diadakan lomba berdiri terlama di dunia mungkin orang Indonesia harus secepatnya mengisi formulir dan mengikuti lomba tersebut. Apa sebab? Tidak lain adalah budaya bangsa kita yang sejak jaman simbah-simbah (nenek moyang) dulu selalu ‘antre’ untuk mendapatkan sesuatu terutama makanan. Jaman itu bisa dipahami karena bangsa kita masih di bawah kendali bangsa penjajah. Namun apa lacur, saat ini dikala kemerdekaan telah melewati ambang batas keemasan (limapuluh tahun lebih merdeka) toh bangsa kita masih tetap setia berdiri di antrian-antrian panjang.

Antre secara terminologi berarti berdiri berderet-deret memanjang untuk mendapatkan giliran untuk mendapatkan sesuatu (membeli karcis, mendapat ransum, yang terbaru mendapatkan BBM-Red). Orang bijak maka akan antre, itulah petikan iklan layanan masyarakat yang pernah menjadi trend beberapa waktu lalu. Tapi, lain ceritanya jika orang dipaksa bijaksana untuk antre. Inilah yang terjadi pada saat ini. Kebijaksanaan untuk menaikkan BBM beberapa waktu lalu misalnya menuai pawai antre di SPBU-SPBU Pertamina. Tentu saja hal ini semakin mengukungkan track record bangsa Indonesia sebagai bangsa ‘antre’ yang diturunkan sejak nenek moyang dahulu.

Untuk melihat sampai ke jaman penjajah mungkin kita kewalahan, di tahun enampuluhan kita juga pernah mengalami antrian-antrian yang panjang. Tepatnya tahun 1965 yang pada bulan September terjadi peristiwa bersejarah yang tidak akan terlupakan bagi bangsa kita. Tentu saja bukan sisi politik, ekonomi, atau pun yang lain. Tapi pelajaran budaya yang bisa dipetik peristiwa ini yang akan kita bahas. Cukuplah sejarahwan dan politikus yang membahasnya. Pokok permasalahan kita adalah ‘Antre’, yang seolah telah menjadi icon keseharian bangsa kita sampai saat ini.

Pelangsir BBM--Upaya penindakan terhadap pelangsir BBM hanya sebatas slogan. Tampak ratusan pelangsir BBM di salah satu SPBU di Jln Pakunegara Pangkalan Bun. Mereka acuh saja dengan peringatan pemerintah setempat melalui baliho yang dipasang dengan gambar Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang dan Wakil Gubernur Achmad Diran yang akan menindak aktivitas melangsir BBM.

Apa yang tidak didapatkan dengan ‘antre’? Hampir semuanya. Mulai pelayanan umum, pendidikan, bahkan mencari pekerjaan. Antrenya pun tidak tanggung-tanggung, bisa bikin varises di kaki kalau istilah group musik Project-P. Jika ini benar seperti kata pepatah (yang kesannya memang dibuat-buat-Red) sudah barang tentu kita sepakat saja untuk antre di setiap kesempatan. Namun, apa yang terjadi? Tetap saja bangsa kita tidak tertib apalagi bijaksana. Antre menjadi hal yang mulai serius dibahas (meskipun sudah terjadi turun temurun) setelah kasus meninggalnya warga yang antre untuk mendapatkan BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang merupakan dana kompensasi dari kenaikan BBM bagi rakyat miskin.

Bangsa antre ini memang meningkat level keberingasannya saat ini. Banyak kasus yang terjadi semakin membuktikan tidak adanya relevansi antara antre dan bijaksana. Beberapa yang bisa disebutkan disini antara lain, Pilkada yang dirancang supaya kondisi tata pemerintahan di daerah lebih dekat dengan masyarakat dan lebih tertib justru menjadi malapetaka dengan adanya baku hantam dan perusakan di berbagai daerah. Perhelatan olahraga terbesar Liga Sepakbola PSSI yang bertujuan menggalang persahabatan dan persatuan bangsa lewat olah raga justru menjadi ajang baru ‘tarung bebas’ di jalanan. Peristiwa fenomenal yang tak akan terlupakan adalah pada tahun 2005 dimana babak final (delapan besar kala itu) Liga Djarum Indonesia yang berakhir kericuhan di areal Gelora Bung Karno, diikuti pula oleh final Copa Dji Sam Soe Indonesia yang juga menuai petaka, terakhir BLT yang sedianya untuk ‘memperbaiki taraf hidup’ tetapi malah mengantarkan beberapa orang menuju pintu kematian karena terjadinya dorong mendorong dalam antrian.

Tak terhitung kerugian moral maupun material sebagai akibat ulah ‘bangsa bijaksana’ ini. Fakta-fakta di atas membuktikan ‘antre’ sebagai budaya yang umum dilakukan oleh bangsa kita sampai saat ini belum diresapi maknanya secara mendalam. Logikanya begini, di masa lalu bangsa kita kekurangan pangan lalu muncul budaya ‘tirakat’ (melakukan sesuatu secara luar biasa dan kadang melebihi takaran kemampuan orang normal) yang mengurangi makan, tidur, atau pun bepergian. Saat itu dilakukan secara over (melebihi takaran) si pelaku mendapatkan reward (imbalan) berupa kesaktian atau yang lain. Sehingga boleh disamakan, jika ‘antre’ dilakukan secara terus menerus, di berbagai kesempatan dan suasana, waktu berdiri di antrean yang relatif lama, seharusnya label bijaksana atau dalam istilah lain arif yang efeknya membuat orang menjadi lebih sabar ini terwujud. Kesabaran yang dimiliki bangsa Indonesia seharusnya melebihi bangsa lain yang waktu antrenya tidak lebih lama dari kita. Seharusnya bangsa Indonesia bukan bangsa yang emosional karena dilatih dengan ‘tirakat antre’ secara turun temurun sejak jaman penjajahan.

Tetap saja kerusuhan terjadi dimana-mana. Kalah dalam pilkada bisa saja dimaknai ‘masih berdiri di antrian’ toh periode ke depan masih bisa menjagokan lagi. Tidak dapat mengangkat tropi Liga musim ini toh masih ada kesempatan antri untuk merebutnya musim mendatang. Apa susahnya? Mungkin antrian kita kurang panjang dan antre yang kita lakukan saat ini belum bisa menimbulkan varises di kaki, belum over sehingga kita belum bisa mencapai tingkat kesabaran yang tinggi. Tetap dengan catatan bahwa ‘antre’ memang benar merupakan indikator orang bijaksana. Apa yang perlu kita lakukan sekarang sebagai bangsa? Satu saja, memperbaiki sarana dan prasarana umum, mengganti petugas-petugas yang tidak cakap sehingga minimal ada satu saja yang bisa didapatkan bangsa ini tidak dengan antrian-antrian yang panjang. Merubah struktur kerja pelayan publik untuk benar-benar melayani publik bukan malah mempersulit publik seperti yang terjadi di banyak kawasan pedesaan di negeri ini.

Tips Mahasiswa Untuk Siasati Biaya Hidup

Saya ingin bernostalgia karena masuknya Bulan Agustus 2009 berarti telah sepuluh tahun dari saya masuk kuliah dahulu. Ini hanya trik bagi Penjenengan semua yang saat ini masih menyandang status Mahasiswa dengan predikat paling sengsara di Dunia. Ongkos kiriman kadang telat, mau cari beasiswa IPK-nya kok jongkok banget, mau bekerja part time tidak ada yang menerima, ngamen, loper koran, dan ngojek malah ngrebut rejeki orang yang lebih berhak mendapatkannya.

Nah berikut ini adalah beberapa Tips untuk mahasiswa (khususnya Jogja dan Solo dalam hal ini He..he..he...) untuk mengatasi persoalan biaya hidup tanpa menjual idealisme Sampeyan. Kiblatnya Mbah Karl Marx ya tetap Marxis, Kiblatnya Marhaens ya tetap Marhaenis, Kiblatnya Pancasila ya tetap Pancasilais, yang Kiblatnya Islam tambah zuhud. Ya udah jangan lama-lama, kita mulai saja beberapa langkah berikut ini:


1. Makanlah di Warung Angkringan (biasa disebut warung koboi atau di Solo tenar dengan nama Warung Hik)

Makan di warung seperti harga makanan sangat murah. Asal diri kita bisa mengontrol makan bisa irit. Resep nasi kucing, beberapa gorengan, dan segelas minuman plus sebatang rokok (bagi yang merokok) tidak lebih dari Rp 5000,- sekali makan. Jaman saya dulu malah kurang dari Rp 3000,- weleh2x murah banget to? selain murah warung seperti ini sangat kekeluargaan. Sampai-sampai kita bisa buka rekening, eiit bukan rekening Bank atau semacamnya, melainkan Buku Putih tak berdosa yang berisi daftar hutang kita selama 1 bulan. Enak kan? tentu saja harus kompromi dengan pemilik Warung yang biasanya ada mangkal di kampung-kampung (dimana banyak mahasiswa kos disitu) atau di dekat-dekat kampus. Kalau langganan saya, Warung Angkringan Kang Mardi pas mepet Fakultas Kehutanan UGM. Silahkan mencoba, masakannya uenak karena nasi piringan sekarang. Tetap murah meriah, tapi jangan hutang selain belum kenal, biasanya yang ditunjuk menjadi debt collector-nya saya, lha jadi nggak enak ya to? Nah sebelum dilanjutkan mohon bisa memberi penghasilan pada saya dengan melakukan klik pada iklan-iklan yang ada di blog ini. Oke, dilanjuttttt

2. Minumlah Teh Manis Hangat (atau apa saja yang penting hangat) dan jangan Es Teh atau yang lain.

Minum yang hangat-hangat akan membuat perut terasa lebih kenyang meskipun makan kita sedikit (:-p) ingat juga makan harus pelan. Kita sisipkan teh hangat itu di tengah-tengah kita makan. Pastilah perut kita mengembang dan terasa lebih kenyang.


3. Banyak-banyaklah ikut kegiatan di kampus atau di kampung tampat kos kalian atau bisa juga menjadi voulenteer beberapa LSM yang ada di kota kalian.


Bukan saya menyuruh sibuk dengan menjadi aktivis atau yang lain. Hal ini saya sarankan karena dengan banyak ikut kegiatan, kalian akan mendapat jatah makan hasil rapat, konsumsi panitia, dll. Itulah yang akan mengurangi uang jajan kalian semua. Apalagi yang lagi bokek banget silahkan cari kegiatan yang cocok dan ikutlah di dalamnya demi sesuap nasi. Termasuk acara kenduri di kampung, Yaasinan, dll. Saya bahkan menjadi tim utama Tahlilan kampung tempat kos saya yang home range-nya mulai sepanjang Jl. Kaliurang dan kampung-kampung sekitarnya. Sampai berpikir, "Wah hari ini siapa ya yang mati eh meninggal." Tiap ada satu kematian, maka akan ada tahlilan selama 3 hari berturut-turut, kemudian 7 harinya, 40 harinya, dan pendak (tiap tahunnya). Kala itu tarifnya satu kresek besar berisi "cething plastik" full nasi lauk pauk, sebungkus Gudang Garam dan uang Rp. 50.000,- weleh...weleh....

4. Perbanyak silaturahmi.

Ini tips dari seorang generasi tua, nah kalau tips di atas hubungannya sama orang mati kalau yang ini justru erat kaitannya dengan kelangsungan hidup. Orang bijak bilang dan agama juga mengajarkan bahwa silaturahmi itu mempermudah datangnya rejeki dan memperpanjang usia. Memang benar adanya, apalagi untuk mahasiswa yang kelaparan. Saya sudah membuktikannya sendiri He...he..he... Sering-seringlah main ke tempat teman anda yang kebetulan asli kota tempat anda belajar. Tips ini memang sedikit norak tapi sangat manjur untuk mendapatkan sesuap nasi. Tapi jika tidak ditawari, tinggal jujur saya, “Aku luwe Dab! Ana sego po ra?” (Aku lapar Friend? Ada Nasi nggak?-red) beres kan? Hue...he...he..he…

Tuesday, August 11, 2009

Bom Barat dan Budaya Manusia

Saat ini bagi sebagian orang, Barat seolah telah menjadi ancaman nyata bagi kerusakan moral dan budaya. Terlepas dari maraknya aksi bom yang terjadi akhir-akhir ini. Sebenarnya, banyak guru dan orang tua yang memberikan pitutur (ajaran) yang salah kaprah mengenai Barat. Barat selalu diidentikan dengan budaya yang antah berantah, asusila, bahkan tidak punya sopan santun, sedangkan Timur lebih santun, berbudaya, adiluhung (tinggi).


Doktrin yang salah kaprah ini dihembuskan secara terus menerus pada anak-anak negeri ini melalui sekolah-sekolah dan rumah-rumah di negeri ini. Sehingga tidak heran jika mereka tidak dapat memetik satu pun budaya positif dari Barat meskipun tanpa disadari kita bersentuhan dengan produk barat setiap harinya. Bahkan mungkin pengebom yang beraksi atas nama Jihad itu pun menggunakan produk Barat juga. Melalui tulisan ini, saya ingin melihat dimensi yang berbeda dalam kita memaknai Barat.


Sejalan dengan perubahan masyarakat maka berubah pula sistem nilai budayanya. Banyak hal yang mempengaruhi proses perubahan dalam budaya masyarakat. Satu hal yang pasti, perubahan terus terjadi seiring waktu. Ada yang berjalan lambat, ada juga yang terjadi secara cepat bahkan sekonyong-konyong. Antara kronologis keberadaan manusia pada suatu tempat dan suatu waktu terkait secara runtut dengan saling mengikuti selama proses evolusinya. Perkembangan pola pikir, pola aktivitas, dan pola hubungan sosial menjadi pegas utama yang melontarkan manusia untuk membuat loncatan yang membawa manusia ke jenjang peradaban yang lebih tinggi.


Istilah modern, berasal dari akar kata adverbia dalam bahasa latin berarti just now. Dalam bahasa Inggris kata modern dihadapkan pada kata ancient. Kapan manusia memasuki abad modern? Jika dirunut secara historis istilah modern akan berhubungan dengan dunia barat khususnya kondisi Eropa di abad pertengahan. Zaman ini berhubungan erat dengan masa-masa selanjutnya yakni zaman renaisance, reformasi, sampai era Aufklarung yang mengutamakan rasionalitas di atas segalanya dengan jargonnya, “saya berpikir maka saya ada.” Pola ini terus berkembang menembus abad ke-19.


Pada masa ini, manusia mulai menjadi pemikir dan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi sebelumnya. Sir Isaac Newton, dengan hasil kitab matematika karyanya “Principia” telah menjadi dasar bagi ilmuwan generasi berikutnya untuk menciptakan alat-alat bantu yang membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Teori spektrum cahaya menjadi dasar bagi alat-alat audio visual yang ada saat ini.


Garis demarkasi masa modern dan sebelum modern selain berkembangnya ilmu pengetahuan adalah munculnya penataan sosial masyarakat yang lebih demokratis. Bahkan ilmu pengetahuan hanyalah satu dari beberapa pintu modernitas itu sendiri. Beberapa hal yang bisa disebutkan antara lain munculnya kedaulatan atas negara yang bersifat mandiri, timbulnya negara nasional yang berdaulat, munculnya cara produksi kapitalis, prinsip perwakilan dalam lembaga politik –sekaligus meninggalkan sistem politik langsung ala polis-polis Yunani– dan terpisahnya hubungan antara negara dan gereja (agama) secara tegas atau dengan bahasa sederhana memisahkan angka sebagai bahasa sains dan mitos sebagai bahasa agama.


Modernitas merupakan rantai terpendek –hanya beberapa ratus tahun saja– dalam proses evolusi budaya manusia namun merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia selanjutnya. Ilmu eksak yang berkembang menjadi teknologi yang semakin mempermudah kehidupan manusia sedangkan dalam perspektif ilmu sosial politik memunculkan dua kubu yang saling bertentangan yakni kaum konservatif –mempertahankan prinsip dan tujuan lama dengan kompromistis paradigma antara konsep lama dengan konsep baru– dan kaum revolusioner –cenderung radikal dan frontal mengikis habis budaya lama– yang tetap ada sampai saat ini. Dua kubu ini saling melemparkan wacana untuk mendapat pengakuan manusia atas kebenaran konsep yang mereka bangun.


Benarkah Kerusakan Moral Sebagai Dosa Barat?


Kehidupan kelompok masyarakat adalah suatu proses antara perorangan dalam kelompoknya didukung oleh sistem nilai yang dapat berupa pembenaran, penguasaan, penolakan, dan bisa jadi penghukuman terhadap suatu kaum. Tendensi serius dalam perkembangan atau evolusi kebudayaan dewasa ini adalah kecenderungan untuk meniru suatu produk, teknologi, dan praktek industri. Kecenderungan pluralisme perilaku seperti ini menyebabkan suatu bangsa kehilangan makna akan kesukuannya.


Pada dasarnya, semua manusia dari ras apapun telah mengalami evolusi semacam ini. Evolusi kebudayaan memang tidak lepas dari penetrasi budaya suatu bangsa ke bangsa lain terlebih dengan adanya proses kolonialisasi yang merupakan salah satu kereta pendorong modernitas. Bangsa barat sebagai agen modernitas sudah barang tentu menapaki tangga terlebih dulu daripada bangsa timur sebagai penerima hasil modernitas. Pertanyaan yang muncul pada akhirnya adalah apakah kerusakan moral yang sedemikian rupa merupakan dosa barat? Tentu saja tidak serta merta seperti itu. Ada hal-hal yang tanpa disadari merupakan agen utama kemajuan atau kemunduran bahkan kehancuran suatu bangsa. Hal tersebut tidak lain adalah ‘budaya bangsa itu sendiri’. Sebelum kita memasuki ranah amoral dan moral. Ada baiknya kita melihat kembali bagaimana modernitas yang melanda Eropa terjadi secara sederhana.


Ada jutaan orang yang mempunyai Pohon Apel di Inggris. Setiap harinya, tentu ratusan diantaranya kejatuhan apel dari pohon miliknya. Namun, mengapa hanya Isaac Newton yang menemukan teori gravitasi? Di Yunani, jutaan masyarakatnya yang mandi menggunakan bak (Bath Up) tapi hanya Archimedes yang menemukan hukum yang dapat digunakan untuk membuat kapal Titanic beberapa ratus tahun kemudian. Selain itu, banyak kejadian yang sejenis terjadi pada masa itu. Jika kalangan Barat saja masih sedikit orang yang berpikir untuk pembaharuan apalagi di Timur yang pada waktu itu berkutat pada mitologi dan kultus individu. Apa yang dikatakan Raja adalah benar –sabda pandhita ratu– yang tidak memungkinkan kreativitas berkembang. Tak heran, masa kecil kita dipenuhi dengan Buto Ijo nguntal bulan (Raksasa Hijau yang menelan Bulan) adalah penyebab gerhana bulan.


Jadi, logikanya pembentukan atau sebaliknya penghancuran budaya itu berasal dari kreativitas individu dan bukan dosa suatu komunitas. Meskipun faktor kekuasaan merupakan kepingan penting diantara sekian keping puzzle pembentuk modernitas. Dikatakan puzzle karena kekuasaan bisa membentuk sekaligus bisa merusak tatanan yang akan dibangun. Terbukti saat Gallilei Gallileo menyatakan thesisnya mengenai bumi yang mengelilingi matahari. Dia harus dihukum mati karena melawan kekuasaan (Gereja) yang berpendapat sebaliknya. Kisah ini pun menjadi inspirasi sampai sekarang untuk menjadi acuan kebebasan dalam mengutarakan suatu pendapat.


Singa Asia Bernama Indonesia


Mengapa Indonesia tidak bisa berpikir kreatif? Stigma umum yang berkembang di Indonesia bahkan di banyak negara timur tidak lepas dari era abad ke-19 sampai awal abad ke-20 dimana kolonialisme melanda Timur dan dunia baru (Amerika). Indonesia mengalami runtutan panjang keterpengaruhan budaya Barat mulai penjajahan Portugis, Inggris, Belanda, dan dari bangsa Timur sendiri, Jepang. Satu hal yang perlu dicatat bahwa tidak hanya Indonesia yang mengalami kolonisasi, banyak negara-negara asia lainnya yang juga bernasib sama.


Lalu, mengapa pada level kekinian justru Indonesia menjadi negara yang paling terpuruk diantara yang lain? Padahal Indonesia secara historis merupakan negara yang paling awal mendapatkan pengakuan kedaulatan diantara sekian negara koloni di kawasan Asia. Ini tidak lepas perspektif yang berkembang pada fase pasca Indonesia merdeka. Semua model yang berbau kolonial (Barat) merupakan suatu yang jelek. Padahal banyak budaya barat yang mendorong kemajuan –seperti pada abad pertengahan– yang justru diadobsi oleh negara-negara yang usianya lebih muda, termasuk Jepang pasca peledakan nuklir di Hiroshima dan Nagasaki.


Ini terlihat dari kemajuan beberapa negara tetangga seperti Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan beberapa negara lainnya. Budaya untuk berpikir kreatif inovatif, tepat waktu, malu untuk menjadi pengangguran, membaca, budaya bersih, tertib teratur, antri, dan sekian ratus budaya positif lainnya kita kesampingkan begitu saja. Indonesia seolah ingin langsung berlari tanpa melalui proses merangkak bahkan terjatuh. Kita hanya mengadobsi budaya post modern padahal secara sosiokultural kita masih berada di abad ke-15 bagi dunia Barat, dimana acara hantu-hantuan berbau mistik lebih diminati daripada Talk Show, atau dengan kata lain mitologi masih lebih dominan dari rasionalitas. Sehingga segala sesuatu dikendalikan atas mitos-mitos.


Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk memunculkan suatu lontaran peradaban. Satu catatan, pada perlombaan yang menguji daya intelektual, anak-anak bangsa meraih prestasi yang tak terbayangkan oleh generasi sebelumnya. Olimpiade matematika, olimpiade fisika, bahkan di dunia maya (cyberspace) kaum hacker Indonesia adalah momok bagi dunia. Mengapa bangsa kita lebih cenderung ke arah negatif? Inilah pokok masalahnya. Untuk mengarahkan suatu kelebihan menjadi hal yang positif merupakan pekerjaan yang teramat sulit di negeri ini. Segala macam kompetisi dari arena Sepakbola sampai Pilkada selalu dimaknai sebagai arena baku hantam.


Taruhlah Barat itu sebagai ancaman terhadap budaya kita, seharusnya yang kita lakukan adalah memperbaiki citra budaya kita. (salah satunya mengurangi baku hantam sebagai penyelesaian atas suatu masalah). Alangkah naifnya, sudah tahu diserang dengan berbagai budaya. Bukannya memperkuat kapasitas kita sendiri, tetapi justru sibuk mencela kesana kemari. Lucunya, donor dari barat tetap saja diterima. Mungkin satu-satunya budaya yang jamak dianggap baik dan bisa membuat kita tersenyum bahkan terkekeh-kekeh dari Bangsa Barat adalah ‘mereka suka memberi pinjaman atau donasi’ kepada kita. Selanjutnya, mati ketawa ala Indonesia karena cekikan hutang yang semakin lama semakin tak terkendali.


Saya ingin menanyakan beberapa hal yang TIDAK pernah ditanyakan oleh media manapun dalam wawancara apapun mengenai Teror Bom. Adapun beberapa pertanyaan yang saya maksud antara lain:


Pertama


Mengapa semua teror bom ada sejak orde baru tumbang? dahulu tatkala Orde Baru berkuasa mengapa samasekali tidak muncul baik Noordin M Top maupun Dr. Azahari.


Kedua


Mereka jelas-jelas warga negara Malaysia. Mengapa mereka tidak melakukan teror bom di Malaysia yang notabene lebih banyak kepentingan USA dan Inggris disana. Malaysia bahkan termasuk persemakmuran Inggris. Apakah Noordin M Top sangat pengecut sehingga takut jika dia meledakkan salah satu tempat di Malaysia yang bakal jadi korban adalah sanak familinya sendiri?


Lalu saat mereka meledakkan Hotel JW Marriot dan Ritch Carlton mengapa menunggu Klub Sepakbola Manchester United datang dulu ke Malaysia. Pada akhirnya Indonesia yang dirugikan sedangkan Malaysia diuntungkan karena bisa main dua kali. Jika dia memang mencegah orang Islam untuk memuja MU, seharusnya pengeboman dilakukan jauh sebelum Tour Asia Tenggara MU berlangsung. Jadi, Malaysia juga tidak kebagian jatah karena MU akan membatalkan seluruh kunjungannya ke Asia Tenggrar. Jelas, Si Noordin M Top ini meskipun tidak secara langsung tetap membawa misi Malaysia.


Ketiga


Mereka menghalalkan merampok toko mas untuk dana pengeboman. Mengapa tidak sekalian saja menyuntik virus HIV ke istri mereka lalu disuruh melacur ke Warga Negara Amerika. Saya rasa itu lebih tepat sasaran. Bukankah halal haram sudah tidak jelas lagi dalam pola kerja teroris ini?


Keempat


Jelas Rasullallah Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan membunuh orang dengan membabibuta sehingga mengenai wanita dan anak-anak. Jelas mereka itu hanyalah penjahat yang akan menjadi kerak neraka.Untuk poin ini mungkin lebih tepat kalau anda sekalian searching di google mengenai hukum-hukum Islam yang mengatur hal ini. Sekarang sudah lihat kan? betapa bodohnya bangsa kita? mengapa tidak satu pun dari anak buah Noordin M Top mengusulkan untuk melakukan pengeboman di Malaysia? Pasti Noordin tidak berani. Ia beraninya menggunakan orang-orang Indonesia untuk menghancurkan bangsanya sendiri. Anehnya, medan “jihad” yang dijadikan laboratorium bom untuk melawan kepentingan AS, adalah Indonesia, bukan Singapura yang menjadi basis keuangan kapitalisme global misalnya, atau Filipina yang memang menjadi sahabat AS sejak lama. Benar-benar pola perjuangan yang tidak jelas dan tidak beralasan.


Dengan semua kenyataan di atas. Lalu, kapan kita sempat memikirkan budaya kita? Lha wong kita ini Singa yang ‘netek’ pada Kambing. Akhirnya, ya wujudnya Singa tapi makannya rumput seperti kambing, ‘aumannya’ berganti ‘embikan’ kambing, dan hampir mustahil akan menemukan jiwa singanya kembali jika kita tidak segera menyadarinya. Bangsa yang akan selalu anut grubyug (menurut kemana dibawa) termasuk jika diajak untuk melakukan pembunuhan massal terhadap bangsanya sendiri dengan jalan bom bunuh diri.

Popular Post