Tuesday, October 26, 2010

Lowongan CPNS: Mantan Aktivis lebih berkualitas dibandingkan Non Aktivis

Ketika kita membuka halaman pertama Mozilla dan bertanya kepada Mbah Google “Penerimaan CPNS” maka bermunculanlah berbagai pengumuman dari bermacam instansi dan Pemda mengenai lowongan pegawai di jajarannya. Setelah saya mengamati dari PNS yang masuk dan telah bekerja, terdapat kualitas yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan antara dua macam PNS yakni yang Aktivis dan Non Aktivis.


Aktivis dan Non Aktivis ini bisa dilihat dari Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) mereka tatkala masih kuliah ditambah pekerjaan mereka sebelum menjadi PNS. Sayangnya, kebanyakan instansi dan Pemda justru tidak melihat sisi ini. Aktivis umumnya mempunyai ide-ide baru dan membawa kemajuan di sebuah instansi. Namun sistem pemerintahan yang pro status quo dan ‘kemandekan’ berpikir selalu mendewa-dewakan IPK di atas segala-galanya. Sedangkan perusahaan swasta yang mampu melihat peluang ini, memanfaatkan jasa para aktivis ini untuk kemajuan perusahaan mereka.


Entah sudah berapa kali kita lihat di siaran televisi, banyak PNS yang dirazia di pasar, swalayan, mall dll. Pertanyaannya? Kok bisa mereka penyelenggara tes ini tidak belajar dari pengalaman? Kok masih memilih kriteria yang itu-itu saja. Perlu ada sebuah kajian yang mendalam mengenai hal ini. Perbandingannya sangat jauh sekali, karena aktivis terbiasa dengan perbedaan pendapat, diskusi, sharing¸ sehingga tidak kaku dan text book dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada.


Istri saya kebetulan diterima menjadi CPNS satu tahun yang lalu. Saat itu dia masih mengajar di sekolah swasta yang lumayan berkualitas di kota kami. Latar belakangnya yang aktivis semenjak mahasiswa ditambah lagi dengan mengajar di sekolah swasta yang dibebani target tertentu, membuat ia terbiasa untuk bekerja ekstra. Satu periode penerimaan dengan dia, ada tiga orang satu di tata usaha dan dua lainnya guru. Dalam jangka waktu kurang dari setahun, tiga orang sisanya ikut larut dalam budaya lama. Seperti hanya masuk saat mengajar, kemudian ijin untuk hal-hal tertentu yang sebenarnya kecil dari level urgensinya, dll. Ternyata benar dugaan saya, setelah melihat CV-nya selama kuliah mereka samasekali tidak aktif dalam organisasi meskipun hanya level intra kampus (BEM, Senat, dll), apalagi untuk level di luar kampus (HMI, KAMMI, GMNI, PMII, sampai FAMRED, FORKOT dll).



Saya juga pernah mempunyai pengalaman, mempunyai seorang kawan yang cerdas dalam menyelesaikan setiap mata kuliah, lulus dengan IPK yang tinggi, cumlaude, dan akhirnya dalam setiap mengikuti tes yang diadakan berbagai instansi ia tidak diterima. Setelah saya tinggal dekat dan satu rumah, barulah saya sadari memang kecerdasan dia ada kelemahannya. Dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dia sangat lemah bahkan cenderung menciptakan konflik untuk hal-hal yang sangat kecil. Nah inilah salah satu bukti bahwa kecerdasan tidak selalu berujung pada hasil maksimal tanpa diimbangi dari sisi yang lain (Jadi ingat SQ dan EQ Cak). Bagi yang mau mengikuti tes PNS silahkan, siapkan baik-baik, jangan lewat jalan belakang (lawang buthulan Cak! He3x).

Bagi Panitia, JANGAN hanya meneliti yang kecil-kecil seperti kelengkapan dll, lihat juga calon pelamar itu pernah ikut organisasi tidak di kampusnya? Atau cuma mahasiswa DAPUR, SUMUR, KASUR dan akhirnya NGANGGUR dan hanya PNS-lah satu-satunya harapan (nek ora PNS ora iso urip Cak!). Justru lebih baik lagi, terimalah PNS dari pelamar yang “pernah” bekerja di SWASTA untuk masing-masing bidang. Setelah bekerja di swasta mungkin iklim swastanya akan terbawa saat mereka sudah menjadi PNS, tentu saja dengan CATATAN Kepala Dinas (atau siapa pun yang menjadi Pimpinan dari CPNS baru yang mantan Aktivis tsb) mau merubah budaya. Jika tidak ya sudah wassalam saja. Selamat datang di lingkarang setan kemalasan dan kerja tanpa target.


NB: Jika ingin merubah PNS menjadi produktif ubah sistem kepangkatan dari berdasarkan WAKTU menjadi berdasarkan TARGET kerja dan PRESTASI. Kenaikan golongan kok berdasarkan waktu, pintar bodoh, rajin malas, naik golongannya juga tunggu giliran wahahaha....bayangkan saja, jika hari ini atasan karena bawahannya berprestasi (misal lulus S2 sedangkan atasannya S1) langsung yang bawahan naik pangkat dan yang atasan jadi bawahan wahahaha...bingung to penjahit e Cak! Husss...cocotmu emang e iki atasan bawahan Baju!


Kwik Kian Gie: Demonstrasi Sejauh Ini Masih Normal

Saya mengutip pernyataan Pak Kwik di Metro TV beberapa waktu lalu bahwa demonstrasi dalam rangka satu tahun pemerintahan Presiden SBY masih normal. Ini tentu mengagetkan saya. Kita semua layak kecewa dengan performa pemerintahan satu tahun terakhir. Namun khusus untuk DEMONSTRASI yang terjadi akhir-akhir ini terutama yang dilakukan di MAKASAR sudah tidak bisa disebut NORMAL.


Demonstrasi dengan perusakan aset negara dan aset umum, penutupan jalan yang menyebabkan kemacetan (terlebih ada orang yang mau ke rumah sakit sampai tertahan di jalan) bukanlah sebuah curahan aspirasi yang normal. Saya pun menjadi sangat kecewa dengan adanya pernyataan beberapa tokoh (yang beberapa diantaranya saya idolakan) yang akhirnya GEBYAH UYAH karena KECEWA dengan performa pemerintahan saat ini terus seolah segalanya menjadi HALAL untuk dilakukan.


Untuk kota Makasar, memang ada sebuah kampus yang jika demo selalu anarkhis, Universitas Muslim Indonesia (UMI). Demonstrasi mereka selalu merusak, terkadang menyandera polisi, sweeping terhadap orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan isu yang mereka angkat. Pada tahun 2004 saya pernah melihat tayangan di SCTV ( sampai sekarang kalau masalah BERITA saya lebih percaya ke SCTV, terkesan lebih NETRAL) tentang demo di Kampus UMI dan mereka akhirnya menyandera seorang Polisi. Polisi pun menyerang kampus UMI untuk membebaskan rekannya. Parahnya, banyak yang melihat dari satu sisi, POLISI selalu salah (Bahkan Kadiv Humasnya sampai minta maaf di Media), padahal jika sudah menyandera disertai aksi anarkhisme, SAH-SAH saja polisi untuk melakukan tindakan tegas. Kalau mau tempur ya di jalanan pada waktu demo, jangan menyandera, sweeping anggota Polisi dll yang tidak ada substansinya. Jika sudah tidak CERDAS seperti itu BANTAI saja tidak masalah.


Uniknya, ada budaya tawuran yang nyleneh. Di Makasar yang tawuran bukan lagi anak SMA tetapi MAHASISWA. Kemungkinan ini juga terkait dengan kualitas MAHASISWA di kota tersebut. Sekarang mulailah, kita lihat seperti apa Kampus UMI itu? Akreditasnya, Kualitas mahasiswa yang diterima, budaya sekitarnya dll. Seharusnya ada perimbangan berita, yang menyoroti profil Kampus UMI itu sendiri.


Ini bukan masalah PRO atau KONTRA dengan pemerintah, bukan masalah KECEWA atau TIDAK kecewa. Kita semua patut KECEWA dengan performa pemerintah namun bukan berarti ANARKHISME itu HALAL untuk dilakukan (Nek pengen remuk-remukan, undangke BONEK wae Cak! Ora usah MAHASISWA ha3x). Saya ingin sekali melihat mahasiswa dari UMI diundang debat di TV mengenai permasalahan bangsa, ya minimal untuk melihat KUALITAS mereka. Semoga saja ada TV yang mau mengundang mereka.

Tuduhan Pemerkosaan Terhadap Penyanyi Dangdut Aida Saskia oleh KH Zainudin MZ

Pertama kali melihat berita ini di infotainment saya langsung tertawa cekikikan (nggak berani keras soalnya anakku masih bayi lagi bobok Cak!). Penyanyi Dangdut diperkosa? Emang berapa persen kebenaran dari isu yang diontarkan itu? (jangan ketawa ketiwi ini bukan guyonan Cak he3x). Penyanyi dangdut akhir-akhir ini selalu identik dengan sesuatu yang vulgar dan orientasinya ke seksual.


Ditilik dari pola hidupnya seharusnya si penuduh berpikir puluhan kali untuk melakukan tuduhan. Tidak etis kalau membahas itu disini. Kita tahu kalau isu itu kemungkinan banyak sekali muatan politisnya. Hasil yang nyata citra ISLAM hancur dan si penyanyi menjadi lebih tenar. Apakah untuk BISA berhubungan SEX dengan penyanyi dangdut seperti si Ayam Jago sangat susah? Sehingga perlu untuk dilakukan PEMERKOSAAN. Saya tidak mau berkomentar, hal itu sudah banyak ahlinya di sebelah, tinggal cari di Mbah Google saja analisanya. Saya sekedar mau membahas masalah musik dangdut dan penyanyinya yang akhir-akhir ini kok semakin tidak jelas.


Kehancuran Musik Dangdut


Saat ini penyanyi dangdut juga identik dengan kesialan, keapesan, pokoknya ketidakberuntungan bagi yang berhubungan dengannya (Paling tidak itu menurut terawangan Ki Kandil Sasmita He3x). Mau contoh? Orang-orang yang remuk karirnya gara-gara PACARAN atau MENIKAH dengan penyanyi dangdut? Anggota DPR Yahya Zaini hancur karena Maria Eva, Nur Alamin Nasution gara-gara menikah dengan Kristina Dangdut (KD), Aldi Bragi yang tenggelam rejekinya selama menikah dengan Ikke Nurjanah (tapi ini pedangdut baik sebenarnya) setelah bercerai dan beristri baru perlahan karirnya menanjak lagi, kawan saya sendiri dipecat dari perusahaan setelah menikahi penyanyi dangdut lokal. Bagi yang masih punya pacar penyanyi dangdut silahkan bersiap-siap ya?


Dangdut menjadi sesuatu yang punya aura negatif semenjak Inul Daratista memperkenalkan dangdut dengan goyangan yang terbilang erotis. Semenjak itu dangdut hanya sekedar goyang. Kualitas suara si penyanyi menjadi kriteria nomor sekian. Banyak orang yang awalnya pecinta musik dangdut (termasuk saya penggemar Wak Haji Rhoma Irama, Bang Mansyur S, Bang Meggi Z, Bang Chacha Andika dll) menjadi sangat membenci dangdut ala mereka. Doa orang-orang yang benci inilah akhirnya naik ke langit dan dikabulkan oleh Allah SWT ditambah lagi doa orang-orang yang di dhalimi yakni Ibu-Ibu Rumah Tangga yang kebetulan suaminya tergoda oleh goyangan erotis yang diliarkan dimana-mana apalagi di masa kampanye.


Lahirnya Aliran Pop Rakyat alias Pop Ndeso dan Musik Alay


Awal kehancuran musik dangdut diakui atau tidak adalah sejak munculnya musik yang di radio FM masuk aliran Pop tapi ketukannya ringan, easy listening, dan sebenarnya sangat dangdut. Group band asal Banjarmasin RADJA yang mengawalinya. Disusul MATTA Band dan KANGEN Band. Lagu-lagu dari band ini banyak didengarkan oleh pemuda tani, kuli pelabuhan, sopir-sopir, yang mereka semua awalnya adalah konsumen musik dangdut. Tak jarang pedangdut pun menyanyikan lagu band-band tersebut di panggung. Mengapa? Karena dangdut sendiri telah miskin kreasi.


Dangdut serasa mati suri, jika tidak tertolong oleh goyangan bokong Mbak Inul Daratista pastilah dangdut sudah tidak ada lagi (wah bokong Mbak Inul harus dijadikan Pahlawan Nasional dong?). Sukses Mbak Inul dengan Goyang Ngebor-nya diikuti oleh penyanyi lain dengan berbagai goyangan antara lain Goyang Patah-patah, Goyang Ngecor, Goyang Gergaji, dll. Muncul juga nama-nama yang tenar mulai Anisa Bahar, Uut Permatasari, Trio Macan, dll yang semuanya jauh daripada dangdutnya Mbak Ikke Nurjanah, Mbak Ine Cintya, Mbak Evie Tamala, dll


Kehancuran musik dangdut tambah terasa dengan munculnya band-band beraliran MelDes bin Alay, Melayu Desa atau bisa disebut Alay. Musiknya ala Melayu, dangdut yang di pop-kan. Pemimpin aliran ini adalah band ST12 (yang biasa diplesetkan Es Teh Dua Gelas, itu yang saya baca di beberapa blog juga di group FB yang anti Alay). Musik ini juga menjadi musik rakyat yang disukai oleh anak muda golongan menengah ke bawah. Tidak keren memang, tapi karena golongan menengah ke bawah jumlahnya paling banyak di Indonesia (yang miskin lebih banyak dibandingkan yang kaya Cak) jadi otomatis pangsa pasarnya pun tinggi juga. Ciri khasnya ketukan musiknya yang mirip dangdut, terus vokalnya yang sangat Melayu.


Kehadiran band-band sejenis akhirnya muncul bak jamur di musim penghujan antara lain WALI, D’BAGINDAZ, SEMBILAN BAND, dll. Akhirnya saya berpesan jika Dangdut tidak segera dikembalikan ke KHITTAH-nya ya sudah wassalam musik dangdut. Adanya ya dangdut nggak jelas seperti “Keong Racun” itu. Seolah dangdut hanya menjadi musik pengiring rumah bordil dan lapo tuak.


Saya sendiri selain sebagai Rocker juga pemuda desa yang cinta dangdut. Saya merindukan dangdut-nya Wak Haji Rhoma Irama, Bang Mansyur S, Bang Chacha Andika, Bang Meggy Z, dll. Semasa mahasiswa kami membuat lomba group dangdut ngocol yang menyindir para politikus di Sekretariat Teater KSK FKT UGM. Tajuk dari Kegiatan kami itu adalah “RHOMA IRAMA (RHOmbongan Mahasiswa penuh IRAMA)”. Salam Dangduter sejati!!!

RTRWP Kalteng dan Riau: Kehutanan Hancur Karena Tidak Menyediakan Lapangan Kerja Bahkan Bagi Sarjana Kehutanan.

Mengamati perkembangan isu mengenai Sawit Vs Kehutanan memang unik, mengasyikkan dan dari waktu ke waktu semakin seru saja. Terutama saat mulai dibahasnya isu Rencana Tata Ruang Wilaya Propinsi (RTRWP) Kalteng dan Riau. Banyak ulasan baik di media cetak maupun media elektronik yang menggambarkan betapa jahatnya Sawit dan betapa sucinya Kehutanan atas nama lingkungan hidup (waduh...waduh tingkat tinggi iki Cak!). Apakah benar sejahat itu? Apa pernah ditanyakan kepada masyarakat secara langsung?

Kehutanan sebagai penguasa lahan terbesar di Indonesia sampai saat ini tidak pernah memberikan dampak ekonomi secara nyata kepada masyarakat dalam skala komunitas yang besar (jangankan masyarakat Cak! S.Hut banyak kleleran kerja nggak karuan). Jika saya salah (dan saya berharap seperti itu karena saya masih mempunyai ijazah S.Hut) kemungkinan kurangnya publikasi kepada masyarakat termasuk saya. Mengapa Sawit, Karet, Kopi, dan Kakao lebih disukai masyarakat? Jika jawabannya jangka waktunya ‘pendek’ alias lekas panen, itu salah besar. Jawabannya justru “Rantai Produksinya Jelas!”.

Jika saya menanam Sawit, Karet, Kakao, Kopi maka akan ada dari Dinas Pertanian yang datang menggunakan motor trail hijau-nya memberikan penyuluhan bagaimana cara menanam? Cara merawat? Jika sudah panen dijual kemana? Semuanya tertata rapi. Banyak unit-unit usaha swasta yang membeli produk-produk tersebut (meskipun kadang-kadang masyarakat juga mengganggunya terutama perkebunan sawit). Hal inilah dasar berapa kali saya katakan (nek bolak balik yo koyo wirid-an Cak!) bahwa KUNCI utama melestarikan hutan adalah HUTAN harus berdampak EKONOMI secara langsung kepada RAKYAT. Sehingga rakyat akan bersemangat menanam tanaman KEHUTANAN sebagaimana semangatnya mereka menanam SAWIT, KARET, KAKAO dan KOPI titik tidak pakai koma.

Untuk lebih afdhol-nya saya ingin menguraikan beberapa hal untuk perenungan kita bersama (monggo silahkan, tafadhol Romo Kyai):

Pertamax
Buatlah sistem Agroforestry, tanamlah tanaman semusim (yang bernilai ekonomi tinggi, sawit kalau perlu! Tenang Cak ojo osmosis disik!) di sela-sela tanaman kehutanan (hayo munio! Apa tanaman kehutanan? Karet katanya bukan, malah mau nanam AREN, aneh khan? Anak TK saja tahu kalau AREN lebih mirip SAWIT dan KARET lebih mirip JATI). Tanam Jati, Sengon, Akasia, dll dengan jarak 5 x 5 meter supaya di bawahnya bisa ditanami Jahe, Kapulogo, Kunir, Temulawak, iles-iles, dkk. Tanaman kerasnya ditunggu sampai panen dan tanaman bawahnya yang dijual untuk keperluas sehari-hari.

Kedua
Aktifkan penyuluh kehutanan untuk ke desa-desa. Selama ini sangat nyata terlihat staff di Dinas Kehutanan seperti kehilangan arah mau bekerja apa. Kalau di luar Jawa karena gabung dengan perkebunan masih lumayan mereka mengurusi perkebunan (atau kapling lahan masing-masing Cak! Weleh2). Masyarakat harus didampingi, buat masyarakat percontohan (pilot project) supaya bisa dicontoh masyarakat lain.

Ketiga
Buat rantai produksi yang jelas, kerjasama dengan pihak swasta. Kalau kayu, di Jepara banyak tuh pengrajin yang kekurangan bahan baku kayu. Di Bobung Gunung Kidul juga banyak mau nampung kayunya. Untuk tanaman bawahnya selama itu empon-empon gampang saja tinggal kontak Sido Muncul. Saya tahu betul bahwa pabrikan ini sangat konsen pada pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari program CSR-nya. Untuk pabrikan lain saya tidak tahu.

Keempat
Semua program kehutanan harus mempunyai dampak EKONOMI secara LANGSUNG kepada masyarakat. Jangan hanya lingkungan dikoar-koarkan kesana kemari. Masyarakat hanya paham jika ada HASIL (dibaca DUIT Cak!). Jika menanam bakau ajaklah kelompok tani nelayan, buat tambak alam. Buat kotak-kotak dengan ukuran tertentu (mirip persawahan) dan di pematangnya ditanam bakau. Beri pintu langsung dengan laut. Ikan-ikan pada datang kesitu jadi kalau musim angin ribut tidak bingun nelayannya bisa manen ikan disitu. Jika lautnya ribut ikan-ikan mencari perlindungan di akar-akar bakau. Biasanya bareng dengan siklus bertelur mereka. Ini hanya salah satu contoh dan banyak lagi yang lainnya.

Kelima
Hentikan perdebatan dan polemik yang naif. Misal sudah ada REDD dan Carbon Trade masih mikir “kita bakal jadi tempat sampah dari negara maju.” Tapi jika itu salah satu cara efektif untuk menyelamatkan hutan ya lakukan! (ora mik mbacot wae, ditakoni solusi yo ora nduwe solusi Cuk!). Segera dimulai program tsb supaya masyarakat menjaga hutan itu ada imbal baliknya. Sekarang ini aneh, para aktivis lingkungan dan punggawa negara di bidang kehutanan menyerukan menjaga hutan tapi orang-orang pedalaman tidak dipikirkan. Mereka pengen juga menonton TV, mengakses informasi, pendidikan, taraf hidup yang lebih baik. Mereka bercancut, koteka, dll sementara aktivisnya datang bawa lap top, HP, dll. Mereka perlu sekolah juga, perlu listrik, masukkan sekolah dan listrik ke pedalaman. Pakai listrik mikrohidro juga tidak apa-apa.

Ada lagi yang SOK suci mau menyelamatkan satwa dengan mengharamkan satwa, kok aneh? (Haramkan juga JAGUNG, PADI, SAYUR dll karena mereka ditanam di lahan yang sebelumnya hutan wekekek). Kalau saya mau menyelamatkan satwa ya ditangkarkan dikembangbiakkan sebagian dilepas di alam sebagian DIJUAL untuk ongkos pemeliharaannya. Gampang khan? Ini KUNCI jawaban mengapa AYAM, SAPI, dan KERBAU tidak PUNAH sampai sekarang (Wah aku lupa Cak! Itu hewan yang masuk golongan PETERNAKAN lain KEHUTANAN Ha3x lucu banget hewan ada golongan kastanya juga. Ya kalau di KEHUTANAN namanya BANTENG kalau di PETERNAKAN namanya KERBAU. Oh gitu ya? Okeh2 manut wae).

Mau menyelamatkan harimau? Nanti saya kasih tahu harga kulit harimau, taring, dll Jika masyarakat sekitarnya masih miskin mau diselamatkan kayak apa juga diburu. Konon Presiden Ronald Reagan saat berkunjung ke Bali (29 April-2 Mei 1986) dihadiahi oleh Presiden Soeharto sepasang Burung Jalak Bali. Jalak Bali itu dikembangkan secara besar-besaran di USA dan pada akhirnya saat Jalak Bali hampir punah di habitat aslinya, Kita membeli burung kita sendiri dari USA. Lucu khan? Makanya jangan makan mentah-mentah ocehan Lembaga Donor. Mari kita pakai cara kita sendiri, lolos dari jajahan Belanda, masuk dijajah Lembaga Donor (kacian dech Lu!)

Aktivis marah masyarakat menyerahkan HUTAN-nya untuk plasma sawit. Tapi dengan itu anak-anaknya bisa kuliah? Sementara menuruti kemauan Aktivis untuk mempertahankan kearifan lokal (baca: keterbelakangan) untuk di FOTO, di TULIS menjadi PROPOSAL dan dijual ke LEMBAGA DONOR. Kejam mana? Yang paling tidak kejam adalah menjadikan HUTAN mempunyai dampak EKONOMI secara LANGSUNG kepada MASYARAKAT entah melalui CARBON TRADE, AGROFORESTRY, WISATA ALAM, dll yang penting UUD (Ujung-Ujungnya DUIT). Asal bisa menghasilkan DUIT pasti masyarakat IKUTTTTTTT...........wis gek tangi aja ngimpi suwe2....

Doa-doa Indah Yang Pernah Dicontohkan Oleh Nabi dan Rasul

1. Doa Nabi Adam

“Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khotsirin”

Artinya: Ya Allah, kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi.


2. Doa Nabi Nuh

“Robbi inni audzubika an as alaka maa laisalli bihi ilmun wa illam tagfirli watarhamni akum minal khosirin “ (QS. 11 Ayat 47)

Artinya: Ya Tuhanku sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya, dan sekiranya tidak Engkau ampuni dan belas kasihi niscaya aku termasuk orang – orang yang merugi


3. Doa Nabi Ibrahim

“Robbana taqobal minna innaka anta sami’ul alim wa tub alaina innaka antat tawwaburrokhim “ (QS. 2 Ayat 128-129)

Artinya : Ya Tuhan kami terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau maha mendengar dan Mengetahui, dan termalah taubat kami, sesungguhnya Engkau penerima taubat lagi Maha Penyayang.


“Robbi ja alni muqimas sholati wa min dzuriyyati, robbana wa taqobal doa, Robbannagh firli wa li wa li dayya wa li jamiil mukminina yauma yaqumul hisab “ (QS. 14 Ayat 40 -41)

Artinya : Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang – orang yang tetap mendirikan sholat, ya Tuhanku perkenankanlah doaku, ya Tuhanku beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan seluruh orang mukmin, pada hari terjadinya hisab.


4. Doa Nabi Yunus

“ Lailaha illa anta subhanaka inni kuntum minadh dholimin “ (QS. 21 Ayat 87)

Artinya: Tidak ada Tuhan Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku orang yang dholim


5. Doa Nabi Zakariya

“ Robbi latadzarni wa anta khoirul warisin “ (QS. 21 Ayat 89)

Artinya: Ya Allah janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, sesungguhnya engkau pemberi waris yang paling baik


“Robbi habli miladunka duriyattan, thoyibatan innaka sami’ud du’a“ (QS. 3 Ayat 28)

Artinya: Ya Tuhan berilah aku seorang anak yang baik dari sisiMu, sesungguhnya Engkau maha pendengar Doa


6. Doa Nabi Musa

“Robish shrohli shodri wa ya shirli amri wah lul uqdatam mil lissani yaf khohu khouli “ (Thoha ; )

Artinya: Ya Tuhanku lapangkanlah dadaku, dan lancarkanlah lidahku serta mudahkanlah urusanku


“ Robbi inni dholamtu nafsi fagh firli faghofarolah“ (QS. 28 Ayat 16)

Artinya : Ya Tuhanku sesungguhny aku telah menganiaya diri sendiri, maka dari itu ampunilah aku


“ Robbi Naj jini minal qumid dholimin “

Artinya : Ya Tuhan lepaskanlah aku dari kaum yang dholim


“ Robbi ini lima anzalta illayya min khoirin faqir “ (QS. 28 Ayat 24)

Artinya : Ya Tuhanku sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku


“ Robbi firli wa li akhi wa adkhilna fi rohmatika, ya arhamar rokhimin “

Artinya : Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmatMu, dan Engkau Maha Penyayang diantara yang menyayangi


7. Doa Nabi Isa

“ Robbana anzil alaina ma idatam minas samai taqunu lana idzal li awalina, wa akhirina, wa ayyatam minka war zukna wa anta khoiru roziqin “ (QS. 5 Ayat 114)

Artinya : Ya Tuhanku turunkanlah pada kami hidangan dari langit, yang turunnya akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang – orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau, berilah kami rejeki dan Engkaulah pemberi rejeki yang paling baik.


8. Doa Nabi Syuaib

“ Robbana taf bainana, wa baina kaumina bil haqqi, wa anta khoirul fatihin“ (QS. 28 Ayat 89)

Artinya : Berilah keputusan diantara kami dan kaum kami dengan adil, Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik – baiknya.


9. Doa Nabi Ayyub

“ Robbi inni masyaniyad durru wa anta arhamur rohimin “

Artinya : Bahwasanya aku telah ditimpa bencana, Engkaulah Tuhan yang paling penyayang diantara penyayang.


10. Doa Nabi Sulaiman

“ Robbi auzidni an askhuro ni’matakallati an amta allaya wa ala wa li dayya wa an a’mala sholikhan tardhohu wa ad khilni birrohmatika fi ibadikas sholikhin “ (QS. 27 Ayat 19)

Artinya : Ya Tuhan kami berilah aku ilham untuk selalu mensyukuri nikmatmu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada kedua ibu bapakku dan mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridloi, dan masukkanlah aku dengan rahmatMu kedalam golongan hamba-hambMu yang Sholeh.


11. Doa Nabi Luth

“ Robbi naj jini wa ahli mimma ya’malun “

Artinya : Ya Tuhanku selamatkanlah aku beserta keluargaku dari perbuatan yang mereka kerjakan


“ Robbin surni alal kaumil mufsidin “ (QS. 26 Ayat 169)

Artinya : Ya Tuhanku tolonglah aku dan keluargaku dari perbuatan yang mereka (kaum) yang berbuat kerusakan


12. Doa Nabi Yusuf

“ Fatiros samawati wal ardli anta fiddunya wal akhiro tawwaffani musliman wa al hiqni bissholihin “ (QS. 12 Ayat 101)


Artinya : Wahai pencipta langit dan bumi Engkaulah pelindungku di dunia dan akhirat wafatkanlah aku dalam keadaan pasrah (islam), dan masukkanlah aku dengan orang – orang sholeh.


13. Doa Nabi Muhammad

“ Robbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hassanah wa qina adza bannar“ (hadist)

Artinya : Ya Tuhanku berikanlah aku kebaikan di dunia dan akhirat, dan jauhkanlah aku dari api neraka


“ Robbana latuzigh qullubana ba’da idz haddaitana wahabblana miladunka, rohmatan innaka antal wahab” (QS. 3 Ayat 8 )

Artinya : Ya Tuhanku janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk, dan berilah kami rahmat, sesungguhnya Engkau adalah dzat yang banyak pemberiannya.


NB: Untuk lebih pas dalam pelafalannya mohon membuka mushaf Al Quran dan jangan berdasarkan tulisan latin di atas. Oh ya Cak, silahkan di copy paste, di print dibagikan pas jumatan juga boleh, saya bukan golongan Jamaah Adsensyiah (konon yang menjadi agen iklan Google Adsense yang hasilnya ratusan juta rupiah itu loh) yang bukunya konon pernha dibajak oleh oknum dari padhepokan saya, terus marah-marah Cak! Gebyah Uyah berarti sak Padhepokan maling kabeh! Yo nggak trimo to aku Cak! Yo wis lah masa lalu, Monggo-monggo dicopy paste kalau ini kalam illahi ilmu Allah SWT gratis silahkannn monggoooo.....

Friday, October 1, 2010

IPK Di Bawah Standar 2,75 Bukan Berarti Kiamat.

Dahulu kala saat saya pertama kali packing barang-barang saya dan bersiap untuk kuliah. Satu pesan orang tua saya yang paling utama, untuk kuliah yang ‘bener’ dengan manifestasi yang lebih nyata adalah menjadi mahasiswa “dapur, sumur, kasur.” Mahasiswa yang tahunya hanya berangkat kuliah, masak (jaman sekarang pada makan di warung Cak! Jaman saya ya masak), kemudian tidur. Harapannya dengan rutinitas yang membosankan itu, maka si mahasiswa akan belajar dengan baik, lulus dengan cepat, dan IPK di atas 3 (syukur-syukur cum laude).
Faktanya, saya tidak dapat menuruti sepenuhnya anjuran orang tua saya. Saya justru sibuk dengan kegiatan, ikut organisasi, berteman dengan banyak orang. Awalnya, hal ini semata-mata hanya untuk mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup. Saya menulis pengalaman ini pada artikel sebelumnya di blog ini juga. Kegiatan yang saya jalani bisa menghasilkan sedikit tambahan uang atau paling tidak makanan sehingga saya tidak perlu memasak makanan di hari itu. Ironis memang menjadi mahasiswa dengan modal pas-pasan. 
Hikmahnya saya peroleh jauh lima tahun kemudian. Bulan Februari 2005, saya wisuda dengan IPK pas-pasan tapi untuk tidak menyandang predikat “dikasihani”. Saya bekerja keras mulai skripsi dengan mencari donatur dengan ikut penelitian yang dibiayai sebuah lembaga, sampai pada akhirnya menghadapi satu dari dua dosen pembimbing yang sangat menjengkelkan (tapi satunya baik hati dan beliau sudah Almarhum). Lima orang mahasiswa bimbingannya mundur dan memilih dosen lain dan hanya saya yang lulus dengan tanda tangan beliau di karya skripsi saya.
Hari pertama saya lulus, saya seperti orang linglung. Begini kah akhir dari perjalanan sekolah yang saya alami sejak tanggal 22 Juli 1985 saat pertama kali saya memakai seragam Taman Kanak-Kanak (TK) sampai 20 tahun kemudian tanggal 19 Februari 2005 saya diwisuda. Pulang kampung, Ibu saya menangis dua hari tidak bisa diam, seolah besok matahari terbit dari barat, dan kiamat datang meluluhlantakkan bumi. Apa lacur? Anak laki-laki pertama yang terkenal pandai sejak SD, SMP, SMU lulus dengan IPK 2,70 dan tidak bisa mendaftar PNS di Departemen Kehutanan. Sedangkan orang yang disedihkan yakni saya, justru mengucap syukur. Pengalaman saya berorganisasi dan memiliki banyak relasi ternyata membuahkan hal yang manis.
Betapa tidak, ternyata tanpa IPK saya masih bisa bekerja dengan gaji Rp. 750.000,-/bulan kemudian mendapatkan pengalaman jurnalistik dan berbagai macam pergaulan dengan banyak teman sehingga bisa disebut “punya sedikit kemampuan” di bidang pemberdayaan masyarakat dan resolusi konflik. Pada tahun 2007 akhir Januari saya meninggalkan pekerjaan di Jogja dan pindah ke Kalimantan Selatan dengan gaji Rp 1.750.000,-/bulan ditambah beberapa fasilitas kecil lainnya kurang lebih dua juta rupiah, dimana teman-teman saya yang PNS pun belum mencapai penghasilan sejumlah itu.
Perjalanan berlanjut, pada awal Mei 2008 saya mendapatkan pekerjaan baru di bidang yang sama di sebuah perusahaan di Tarakan Kalimantan Timur dengan wilayah kerja di Bulungan, Tidung Pala, dan Malinau dengan gaji pokok Rp5 Juta per bulan dengan beberapa fasilitas lain menjadi kurang lebih Rp7 juta per bulan. Hal ini sedikit mendiamkan tangis Ibu saya (karena setiap melihat seragam PNS Ibu saya pasti menangis karena melihat yang menjadi PNS di daerah kelahiran saya, orang-orangnya tidak lebih pintar dari saya weleh-weleh paling tidak itulah menurut beliau, ya saya hargai saja). 
Dua itu saja, karena biar tidak terkesan pamer (slow down Cak!) lalu pada akhir Desember 2008 saya menikah dengan pacar saya. Seorang wanita yang cantik jelita (bahkan sampai-sampai teman-teman FB saya bilang beauty and bedhes kalau comment di foto saya wahahaha). Istri saya juga seorang aktivis yang sesuai bidangnya ia seorang Sarjana Pendidikan jurusan Bahasa Inggris untuk usia dini. Ia banyak mengajar secara privat di Jakarta, dan selalu disisipkan kecintaan terhadap lingkungan. Saat saya pindah dari Kaltim dan mendapat pekerjaan lain, ia mengikuti saya sebagai istri yang luar biasa baiknya. Keluar masuk hutan, pedalaman dan tempat-tempat yang jauh dan sepi jika dibandingkan dengan tempat tinggalnya di Jakarta. (Bersambung)

Popular Post