Wednesday, December 20, 2017

Ustadz Abdul Somad, Tipikal Kyai NU yang Dirindukan Warga Nahdliyin


Saat saya berjalan di perkampungan sepanjang pantura mulai Kudus hingga Rembang. Bertamu ke warga Nahdliyin yang sesungguhnya, bukan para elitenya. Ternyata, mereka juga resah dengan 'citra' NU akhir-akhir ini.

Dulu senior saya pernah bilang, kalau Muhammadiyah bisa bubar, kalau NU tidak, NU seperti suku. Namun faktanya, dengan pola yang dibangun elite NU akhir-akhir ini, NU benar-benar rontok di tingkat bawah, di desa-desa, di level petani, buruh, wong cilik, mereka tidak paham, kok sampai dadi kayak ngene NU saiki? 

Bahkan, toleransi yang diusung NU saat ini cenderung kebablasan dan mengarah ke liberal. Pada masa dipimpin alm Gus Dur sekali pun tidak seperti ini kata mereka. Nah, saya hanya bisa menenangkan mereka, dengan balik bertanya, NU-nya siapa? atau NU ala siapa dulu?




Loh, memang beda-beda to Mas? Saya jawab ya sekarang ada NU-nya Gus Sholah, NU-nya Cak Nun dan yang terbaru NU-nya Ustadz Abdul Somad (UAS). Bukan hanya saya, warga NU pedesaan ini pun sepakat bahwa sosok UAS inilah tipikal Kyai NU yang dirindukan masyarakat pinggiran.

Orang NU yang bisa diterima di semua kalangan, bisa satu panel dengan penceramah aliran apa saja, meski banyak dibenci oleh orang yang tidak suka dengan aktivitas dakwahnya. Jamaah di alam nyata saja ribuan yang hadir di setiap ceramah-ceramahnya. Belum lagi yang setia menonton lewat Youtube.

Kaum pembencinya seolah benar-benar kehabisan akal. Youtube yang dulu dikuasai kaum salafy, akhirnya pindah ke UAS. Ini juga menimbulkan reaksi, fitnah macam-macam, jadi tantangan dua, dari kalangan kaum muslimin sendiri, kaum munafik dan kaum non muslim. Namun, tetap saja, dukungan justru terus mengalir, bahkan Malaysia dan Brunai silih berganti meminta UAS hadir memberikan tausiyahnya.

Mau mereka bilang UAS NU palsu, itu terserah, tapi faktanya memang dia lahir dari keluarga NU belajar di lingkungan NU, dapat beasiswa seperti umumnya anak-anak NU ke Cairo, Mesir. Tapi, UAS pulang otaknya tetap lurus, tidak mau dibelok-belokkan paham liberal nggak genah. NU aneh-aneh macam ini kan hidupnya di kampus-kampus IAIN awalnya.

Ya, awalnya berpendapat nyeleneh cuma pengen dapat perhatian cewek, itu awalnya. Lalu, disambut dapat beasiswa dari golongan liberal, tambah ndadi, yang kasus-kasus kekinian kan semacam itu. Jadi, kalau mereka bilang sudah melewati maqom2 tertentu, halaaah maqom opo, wong urung dadi ulama wae wis membingungkan warga. 


EmoticonEmoticon

Popular Post