CUACA buruk ditandai dengan angin kencang dan gelombang tinggi menerjang kawasan pesisir selatan Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Selasa (8/1) malam. Meski tidak menimbulkan korban jiwa, gelombang tinggi tersebut mempercepat laju abrasi di sepanjang bibir pantai terutama di Desa Keraya, Kecamatan Kumai. Selain itu, angin kencang juga menumbangkan beberapa pohon di desa tersebut.
"Anginnya kuat sekali, sudah tiga hari ini tapi yang paling kuat ya kemarin malam itu,"kata Kaur Pemerintahan Desa Keraya Sahrum di kediamannya, Rabu (9/1).
Ia melanjutkan salah satu pohon yang tumbang menimpa sebuah tiang listrik. Akibatnya, tempat lilitan kabel hancur dan listrik padam sampai sekarang. Beberapa pohon yang tumbuh di bibir pantai juga bertumbangan diterjang angin dan gelombang dari laut. Dua batang pohon cemara dan satu batang pohon kelapa tumbang di depan Masjid Nurul Iman.
"Anginnya kuat sekali, sudah tiga hari ini tapi yang paling kuat ya kemarin malam itu,"kata Kaur Pemerintahan Desa Keraya Sahrum di kediamannya, Rabu (9/1).
Ia melanjutkan salah satu pohon yang tumbang menimpa sebuah tiang listrik. Akibatnya, tempat lilitan kabel hancur dan listrik padam sampai sekarang. Beberapa pohon yang tumbuh di bibir pantai juga bertumbangan diterjang angin dan gelombang dari laut. Dua batang pohon cemara dan satu batang pohon kelapa tumbang di depan Masjid Nurul Iman.
Gelombang Tinggi--Bangunan Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) di Desa Keraya, Kecamatan
Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Kalteng hancur setelah
dihantam gelombang tinggi beberapa hari terakhir.
Menurut Sahrum, nelayan sudah menghentikan aktivitasnya sejak tiga hari yang lalu. Padahal saat ini sedang musim rajungan (kepiting laut). Namun gelombang tinggi dan angin kencang menyebabkan nelayan mengurungkan niatnya melaut.
Hal serupa terjadi di Kota Pangkalan Bun, sebuah pohon tumbang menimpa kabel listrik di Jalan HM Rafii. Menurut koordinator pasukan kuning Wasiyo, hujan disertai angin terjadi sejak pagi hari. Sempat berhenti pada namun hujan kembali turun jelang tengah hari. Pada pukul 11.45 WIB, angin bertambah kencang dan menumbangkan pohon di dekat simpang masuk Perumahan Beringin Rindang. "Pohon itu menimpa kabel listrik langsung padam semua, ada juga pohon tumbang di Jalan Pasanah tapi tidak besar."
Dihubungi terpisah, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Iskandar Pangkalan Bun Lukman Soleh mengatakan hujan disertai angin kencang masih akan terjadi sampai Kamis (10/1) malam. Kecepatan angin cukup kencang berkisar antara 10-27 knot. Sedangkan tinggi gelombang berkisar antara 1-5 meter dengan tinggi gelombang rata-rata 3 meter. "Kondisi ini sangat berbahaya bagi nelayan, BMKG menghimbau agar nelayan tidak melaut karena gelombang tinggi dan tiupan angin kencang masih akan melanda pesisir."
Hal serupa terjadi di Kota Pangkalan Bun, sebuah pohon tumbang menimpa kabel listrik di Jalan HM Rafii. Menurut koordinator pasukan kuning Wasiyo, hujan disertai angin terjadi sejak pagi hari. Sempat berhenti pada namun hujan kembali turun jelang tengah hari. Pada pukul 11.45 WIB, angin bertambah kencang dan menumbangkan pohon di dekat simpang masuk Perumahan Beringin Rindang. "Pohon itu menimpa kabel listrik langsung padam semua, ada juga pohon tumbang di Jalan Pasanah tapi tidak besar."
Dihubungi terpisah, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Iskandar Pangkalan Bun Lukman Soleh mengatakan hujan disertai angin kencang masih akan terjadi sampai Kamis (10/1) malam. Kecepatan angin cukup kencang berkisar antara 10-27 knot. Sedangkan tinggi gelombang berkisar antara 1-5 meter dengan tinggi gelombang rata-rata 3 meter. "Kondisi ini sangat berbahaya bagi nelayan, BMKG menghimbau agar nelayan tidak melaut karena gelombang tinggi dan tiupan angin kencang masih akan melanda pesisir."
1 comments so far
Untuk abrasi itu, saya lebih berpendapat bahwa itu dikarenakan penempatan pemecah ombak yang salah,, pemecah ombak seharunya diletakan 100 m dari bibir pantai, bukan membelah bibir pantai. Itu menyebabkan energi dari gelombang tidak terlepaskan dengan baik,dan menyebabkan terkikisnya bibir pantai.
Selama saya tinggal di Keraya, (lebih dari 12 tahun), setelah ada pemecah ombak yang salah penempatan ini lah desa saya menjadi hancur karena abrasi.
EmoticonEmoticon