PETANI asal Jerumbun di hulu Sungai Sekonyer panen mentimun. Secara administratif, daerah ini merupakan wilayah Desa Sekonyer Kecamatan Kumai. Tanaman mentimun mulai dikembangkan dengan intensif di daerah ini sejak setahun lalu.
"Tanaman ini mudah dikembangkan dan harganya juga bagus,"kata Manajer Friends of the National Parks Foundation (FNPF) Basuki Budi Santoso pendamping petani Srumbun di kantornya, Kamis (29/11).
Ia melanjutkan pihaknya membuat demplot 1000 batang tanaman mentimun dibudidayakan di lahan berukuran 30 x 40 meter. Panen perdana dilaksanakan pada Selasa (27/11) lalu. Setiap batang mentimun rata-rata menghasilkan mentimun seberat 2 kilogram. Mentimun dipanen setelah dibudidayakan selama 40 hari. Mentimun hasil panennya dijual ke pengepul di Pangkalan Bun dengan harga Rp5 ribu per kilogramnya.
Panen Mentimun--Seorang petani di daerah Srumbun di hulu Sungai Sekonyer sedang memanen mentimun. Pertanian yang dikerjakan dengan intensif dan serius bisa menghasilkan lebih banyak rupiah ketimbang perkebunan luas.
Meski lokasinya jauh, lanjut dia, hasil panjualan dipotong ongkos transportasi kurang lebih Rp2 juta. Sisa Rp8 juta masih cukup menguntungkan bagi petani. Selain itu, satu batang mentimun bisa dipanen selama tiga periode. "Jadi setelah panen kemarin masih bisa dipanen dua kali lagi dengan masa perawatan sama yakni 40 hari. Rencananya akan kami tumpangsari dengan tanaman pantung."
Sebelumnya, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kobar Fahrizal Fitri mengungkapkan budaya menanam pohon merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam rangka menjaga kualitas air. "BLH Kobar mengajak masyarakat untuk membudayakan tanam pohon. Masyarakat diharapkan aktif terlibat dalam beberapa program pemerintah yang berhubungan dengan penanaman pohon antara lain reboisasi, hutan kota, pemeliharaan hutan rakyat dan agroforestry (tumpangsari)."
EmoticonEmoticon