PELAKU usaha wisata merasa tidak memiliki wakil yang bisa memperjuangkan nasib mereka. Pasalnya, pelaku usaha wisata terbukti dikalahkan dengan kepentingan penambang. Hal itu diungkapkan Direktur Direktur PT. Borneo Indonesia Hijau Travel Kumai Ahmad Yani di kantornya, Rabu (26/12). "Kami merasa tidak terwakili di DPR, pada pemilu mendatang kami harus ada calon dari orang mendukung pariwisata."
Ia melanjutkan pihaknya akan merapatkan barisan untuk mendukung calon yang benar-benar punya visi lingkungan. Pasalnya, pelaku usaha wisata merasa terpukul dengan adanya penambangan liar tanpa izin (peti). Padahal para pelaku usaha wisata juga warga Kobar dan lebih spesifik warga Kecamatan Kumai.
Menurut Ahmad, semua pihak seharusnya mendukung perkembangan usaha pariwisata yang sudah memberikan pemasukan tidak kalah besar dari sektor tambang. Perbedaanya, para pelaku usaha wisata dibekali pengetahuan, merintis dari bawah dan tidak merusak lingkungan. Sedangkan penambang cenderung mendapatkan hasil secara instant yang menimbulkan kerusakan alam. "Saya putra asli Kumai, susah payah saya datangkan Kapal Pesiar Orion itu setiap tahun ke Kobar ini. Sayang sekali kalau kerusakan lingkungan terus terjadi."
Dihubungi terpisah, Pemandu Wisata yang juga pemilik situs Orangutan Voyage Aidi Syaifudin mengungkapkan tiga belas tahun lalu, sebelum terjun ke dunia pariwisata, ia mengaku pernah menjadi penambang liar. Namun keuntungan yang didapatkan tidak seberapa. Sedangkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan berdampak pada masyarakat luas. "Saya berhenti lalu mulai belajar menjadi pemandu wisata. Alhamdulillah wawasan saya bertambah, jaringan setiap tahun semakin luas. Sebagai putra asli Kumai, saya bangga bisa mendapatkan penghasilan tanpa merusak alam Kumai."
Ia melanjutkan pihaknya akan merapatkan barisan untuk mendukung calon yang benar-benar punya visi lingkungan. Pasalnya, pelaku usaha wisata merasa terpukul dengan adanya penambangan liar tanpa izin (peti). Padahal para pelaku usaha wisata juga warga Kobar dan lebih spesifik warga Kecamatan Kumai.
Menurut Ahmad, semua pihak seharusnya mendukung perkembangan usaha pariwisata yang sudah memberikan pemasukan tidak kalah besar dari sektor tambang. Perbedaanya, para pelaku usaha wisata dibekali pengetahuan, merintis dari bawah dan tidak merusak lingkungan. Sedangkan penambang cenderung mendapatkan hasil secara instant yang menimbulkan kerusakan alam. "Saya putra asli Kumai, susah payah saya datangkan Kapal Pesiar Orion itu setiap tahun ke Kobar ini. Sayang sekali kalau kerusakan lingkungan terus terjadi."
Dihubungi terpisah, Pemandu Wisata yang juga pemilik situs Orangutan Voyage Aidi Syaifudin mengungkapkan tiga belas tahun lalu, sebelum terjun ke dunia pariwisata, ia mengaku pernah menjadi penambang liar. Namun keuntungan yang didapatkan tidak seberapa. Sedangkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan berdampak pada masyarakat luas. "Saya berhenti lalu mulai belajar menjadi pemandu wisata. Alhamdulillah wawasan saya bertambah, jaringan setiap tahun semakin luas. Sebagai putra asli Kumai, saya bangga bisa mendapatkan penghasilan tanpa merusak alam Kumai."
EmoticonEmoticon