LAHAN pertanian warga transmigrasi siap meningkatkan produksi pangan dengan teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) yang dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Eko Prabowo kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Kamis (13/12). "Saat ini ada sekitar 120 hektare lahan pertanian di desa transmigran yang bisa dikembangkan sebagai lahan pengembangan tanaman pangan."
Ia melanjutkan lahan transmigrasi berpotensi besar untuk dijadikan pengembangan tanaman pangan dengan teknologi IPAT-BO. Pasalnya, warga transmigran sudah mempunyai skill bertani dari daerah asalnya. Saat ini, terdapat beberapa desa trans dan eks trans yang produktivitasnya cukup bagus antara lain Desa Kumpai Batu Bawah, Tanjung Trantang, Tanjung Putri, Barambai Makmur, Tanjung Trantang dan Suka Jaya.
Menurut Eko, sebenarnya potensi pengembangan tanaman pangan bisa lebih luas lagi. Namun sisanya masih terkendala air asin seperti di Desa Kumpai Batu Bawah. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kobar sedang mengupayakan penanggulangan terhadap air pasang ini. "Kalau LU (Lahan Usaha) dua rata-rata memang untuk kebun karena primadonanya disini kebun, tapi LU satunya masih bisa digunakan untuk tanaman pangan."
Sebelumnya, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) RI dan Komisi VII DPR RI memberikan bantuan sepuluh unit traktor tangan (hand tractor) kepada sepuluk kelompok tani di Kabupaten Kotawaringin Barat. Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) yang sedang dikembangkan Kemenristek. Teknologi ini terbukti mampu meningkatkan hasil pertanian masyarakat melalui percobaan yang telah dilakukan di beberapa provinsi.
Kepala Distanak Ahmad Yadi mengungkapkan teknologi IPAT-BO yang mampu mendongkrak produktivitas tanaman pangan sampai 150% harus bisa diterapkan di Kobar. Saat ini produksi beras Kobar baru bisa mencukupi 46% dari total kebutuhan masyarakatnya. "Pada 2016, minimal 70% produksi padi mampu mensuplai kebutuhan lokal."
EmoticonEmoticon