Saturday, December 11, 2010

M. Ridwan dan Okto Maniani Main di Klub Eropa, Heeviasu GC

Mungkin Agan sekalian belum pernah mendengar nama itu, ya itu memang nama klub dalam angan-angan Ane. Heeviasu Golf Club memang bukan klub sepakbola namun klub olahraga Golf. Dua pemain ini terkenal suka bermain bola sendiri, jadi sangat tidak cocok jika berprofesi sebagai pemain sepakbola. Mereka samasekali tidak paham filosofi sepakbola. Apa tugas seorang sayap (winger)? Memasok umpan matang ke striker di depan. Jika pun mencetak gol itu adalah tugas keduanya.


Namun apa yang kita lihat pada pertandingan melawan Laos maupun melawan Thailand, dua penyakit timnas ini masih saja bermain egois. Jadi masukkan saja mereka ke jajaran atlet Golf. Kita mulai dari pertandingan Indonesia Vs Laos. Pada pertandingan itu M. Ridwan (yang berwajah ndeso) memang benar-benar menerapkan permainan seperti anak kampung yang baru bermain bola. Maunya menggiring sendiri bola dan mencetak gol sendiri dengan segala kelemahan dan keterbatasannya.


Ronaldo Luis Nazario da Lima, Lionel Messi, Ronaldinho Gaucho, Christiano Ronaldo bahkan Diego Armando Maradona yang kondang (kaloko saindenging Nuswantoro) jago menggiring bola tetap mengumpan ke rekannya yang berdiri bebas apabila dia merasa tingkat kemungkinan menjadi gol lebih tinggi jika bola itu diumpan. Namun apa yang kita lihat? Pada pertandingan Indonesia Vs Laos tentu saja bintangnya EGOIS adalah M. Ridwan. Paling tidak ada beberapa kesalahan yang mendasar dan cenderung fatal pada pertandingan malam itu, antara lain:



Pertama: Memaksakan mencetak gol sendiri padahal dia bukan striker dan ada Gonzalez, striker berdiri bebas. Untung saja Gol, ya Gol yang sangat amat berbau keberuntungan karena jika tidak membentur badan pemain Laos sudah pasti tidak terjadi gol.

Kedua: Perilaku egois ini berlanjut saat dia menembak langit jauh dari sasaran dengan akurasi yang sangat amat jelek sekali, padahal ada juga rekan yang berdiri bebas (lagi-lagi Gonzales) dengan tingkat kemungkinan untuk terjadinya Gol lebih besar. Diperparah lagi dia melakukannya saat skor masih 2 - 0. Jadi masih ada kemungkinan keadaan berbalik. Beruntung lawan Laos, klo Jepang or Korea bahkan Thailand bisa masalah

Ketiga: Perilaku egois ini memancing pemain lain juga melakukan hal yg sama seperti Okto, Arif Suyono, bahkan Irfan Bachdim. Pada akhirnya Riedl tidak kuasa menahan diri, ia ditarik dan tidak disalami baik saat dia ditarik keluar lapangan maupun setelah peluit panjang berbunyi. M. Ridwan pindah saja jadi Atlet GOLF klo mau main bola SENDIRI.


Sedangkan pada pertandingan selanjutnya, saat Indonesia Vs Thailand, gantian si Okto Maniani melakukan dua kali tendangan super bodoh yang membuat pelatih Alfred Riedl begitu geram sampai mengacungkan dua jarinya. Jika diterjemahkan dalam kata-kata mungkin bunyinya seperti ini, “Wis ping pindho kowe nendang dewe Cuk!, diumpan Cuk!”. Pantaslah waktu itu dia langsung ditarik keluar dan permainan langsung menjadi hidup setelah masuknya Arif Suyono.


Sebenarnya yang perlu ditekankan pada setiap pemain sepakbola kita, adalah filosofi sepakbola, misal striker yang bagus itu bukan yang pandai menggiring bola, tapi yang pandai mencetak gol. Pemain-pemain sekelas Gabriel Omar Batistuta, Filipo Inzaghi, Christian Vieri merupakan beberapa pemain yang skill drible-nya biasa saja, tapi tetap berbahaya di depan gawan lawan. Ada juga striker yang jago drible yang berbahaya seperti Ronaldo Luis Nazario da Lima, Lionel Messi, Ronaldinho Gaucho, Diego Armando Maradona tapi mereka tetap mengumpan kepada rekannya apabila dirasakan peluang terjadinya gol lebih besar jika diumpan.


Lionel Messi tak jarang mengumpan kepada Samuel Eto’o kala masih di FC Barcelona, meskipun jauh dari tengah lapangan Messi yang menggiring bola, karena dia dijepit dua orang back lawan, diumpankannya ke Eto’o dan Messi pun tidak pernah merasa rugi. Ini berhubungan dengan IQ dan EQ dari pemain bola yang bersangkutan. Kalau IQ dan EQ nya jongkok, pasti berpikiran, “Wah enak saja sampeyan yang bikin gol, wong yang susah-susah nggiring saya.” Itulah sisi gobloknya.


Kemudian hal yang sama terjadi di posisi winger (sayap), tugasnya adalah mensuplai bola ke striker. Taruhlah ia mempunyai kemampuan lebih untuk mencetak gol, ia tetap mengutamakan tugasnya sebagai pengumpan bagi striker. Lihatlah bagaimana Christiano Ronaldo kala masih membela Manchester United. Ia juga mencetak gol, tapi itu tugas keduanya, yang utama tetap mensuplai bola ke strikernya.


Untuk posisi back juga sama seperti itu, mungkin ada back yang produktif mencetak gol seperti Roberto Carlos, Dani Alves, Douglas Maicon dll, namun tugas pokok mereka tetap menjaga pertahanan dari gempuran lawan. Khusus untuk wing back ini timnas Indonesia justru tidak terlihat berbahaya, jadi wing back sama dengan centre back setali tiga uang kalau di timnas Indonesia.


Semoga saja, M. Ridwan dan Okto Maniani sukses ditransfer ke Eropa untuk main Golf Gan, terus untuk usulan Ane jelas, pasang Arif Suyono sejak awal menggantikan Okto Maniani, untuk M. Ridwan sebenarnya justru Atep yang seharusnya dipanggil ke timnas karena umpannya sangat akurat meskipun punya keterbatasan postur tubuh. Umpan-umpan matang ini tentu bisa memanjakan heading dari Christian Gonzales atau Irfan Bachdim.

5 comments

kripikan pedas yang menggelitik

kalo pengen main bola sendiri ya di kamar aja kali ya heheheheheh

mukanya m.ridwan.....ndeso....mirip pembantu ku.....waakakakakkakak

hahahahahahahahahaha..................... jadi pengen ketawa,..... nice posting gan...

@Pututik: he3x nonton bola emang harus pakai keripik Gan @Aspyogya: wah bahaya tuh, apalagi nek tambah sabun dab ha3x main bola opo hayo? @Noname: pancen he3x @Diskon: thanks Gan :-)


EmoticonEmoticon