Pertama kali melihat berita ini di infotainment saya langsung tertawa cekikikan (nggak berani keras soalnya anakku masih bayi lagi bobok Cak!). Penyanyi Dangdut diperkosa? Emang berapa persen kebenaran dari isu yang diontarkan itu? (jangan ketawa ketiwi ini bukan guyonan Cak he3x). Penyanyi dangdut akhir-akhir ini selalu identik dengan sesuatu yang vulgar dan orientasinya ke seksual.
Ditilik dari pola hidupnya seharusnya si penuduh berpikir puluhan kali untuk melakukan tuduhan. Tidak etis kalau membahas itu disini. Kita tahu kalau isu itu kemungkinan banyak sekali muatan politisnya. Hasil yang nyata citra ISLAM hancur dan si penyanyi menjadi lebih tenar. Apakah untuk BISA berhubungan SEX dengan penyanyi dangdut seperti si Ayam Jago sangat susah? Sehingga perlu untuk dilakukan PEMERKOSAAN. Saya tidak mau berkomentar, hal itu sudah banyak ahlinya di sebelah, tinggal cari di Mbah Google saja analisanya. Saya sekedar mau membahas masalah musik dangdut dan penyanyinya yang akhir-akhir ini kok semakin tidak jelas.
Kehancuran Musik Dangdut
Saat ini penyanyi dangdut juga identik dengan kesialan, keapesan, pokoknya ketidakberuntungan bagi yang berhubungan dengannya (Paling tidak itu menurut terawangan Ki Kandil Sasmita He3x). Mau contoh? Orang-orang yang remuk karirnya gara-gara PACARAN atau MENIKAH dengan penyanyi dangdut? Anggota DPR Yahya Zaini hancur karena Maria Eva, Nur Alamin Nasution gara-gara menikah dengan Kristina Dangdut (KD), Aldi Bragi yang tenggelam rejekinya selama menikah dengan Ikke Nurjanah (tapi ini pedangdut baik sebenarnya) setelah bercerai dan beristri baru perlahan karirnya menanjak lagi, kawan saya sendiri dipecat dari perusahaan setelah menikahi penyanyi dangdut lokal. Bagi yang masih punya pacar penyanyi dangdut silahkan bersiap-siap ya?
Dangdut menjadi sesuatu yang punya aura negatif semenjak Inul Daratista memperkenalkan dangdut dengan goyangan yang terbilang erotis. Semenjak itu dangdut hanya sekedar goyang. Kualitas suara si penyanyi menjadi kriteria nomor sekian. Banyak orang yang awalnya pecinta musik dangdut (termasuk saya penggemar Wak Haji Rhoma Irama, Bang Mansyur S, Bang Meggi Z, Bang Chacha Andika dll) menjadi sangat membenci dangdut ala mereka. Doa orang-orang yang benci inilah akhirnya naik ke langit dan dikabulkan oleh Allah SWT ditambah lagi doa orang-orang yang di dhalimi yakni Ibu-Ibu Rumah Tangga yang kebetulan suaminya tergoda oleh goyangan erotis yang diliarkan dimana-mana apalagi di masa kampanye.
Lahirnya Aliran Pop Rakyat alias Pop Ndeso dan Musik Alay
Awal kehancuran musik dangdut diakui atau tidak adalah sejak munculnya musik yang di radio FM masuk aliran Pop tapi ketukannya ringan, easy listening, dan sebenarnya sangat dangdut. Group band asal Banjarmasin RADJA yang mengawalinya. Disusul MATTA Band dan KANGEN Band. Lagu-lagu dari band ini banyak didengarkan oleh pemuda tani, kuli pelabuhan, sopir-sopir, yang mereka semua awalnya adalah konsumen musik dangdut. Tak jarang pedangdut pun menyanyikan lagu band-band tersebut di panggung. Mengapa? Karena dangdut sendiri telah miskin kreasi.
Dangdut serasa mati suri, jika tidak tertolong oleh goyangan bokong Mbak Inul Daratista pastilah dangdut sudah tidak ada lagi (wah bokong Mbak Inul harus dijadikan Pahlawan Nasional dong?). Sukses Mbak Inul dengan Goyang Ngebor-nya diikuti oleh penyanyi lain dengan berbagai goyangan antara lain Goyang Patah-patah, Goyang Ngecor, Goyang Gergaji, dll. Muncul juga nama-nama yang tenar mulai Anisa Bahar, Uut Permatasari, Trio Macan, dll yang semuanya jauh daripada dangdutnya Mbak Ikke Nurjanah, Mbak Ine Cintya, Mbak Evie Tamala, dll
Kehancuran musik dangdut tambah terasa dengan munculnya band-band beraliran MelDes bin Alay, Melayu Desa atau bisa disebut Alay. Musiknya ala Melayu, dangdut yang di pop-kan. Pemimpin aliran ini adalah band ST12 (yang biasa diplesetkan Es Teh Dua Gelas, itu yang saya baca di beberapa blog juga di group FB yang anti Alay). Musik ini juga menjadi musik rakyat yang disukai oleh anak muda golongan menengah ke bawah. Tidak keren memang, tapi karena golongan menengah ke bawah jumlahnya paling banyak di Indonesia (yang miskin lebih banyak dibandingkan yang kaya Cak) jadi otomatis pangsa pasarnya pun tinggi juga. Ciri khasnya ketukan musiknya yang mirip dangdut, terus vokalnya yang sangat Melayu.
Kehadiran band-band sejenis akhirnya muncul bak jamur di musim penghujan antara lain WALI, D’BAGINDAZ, SEMBILAN BAND, dll. Akhirnya saya berpesan jika Dangdut tidak segera dikembalikan ke KHITTAH-nya ya sudah wassalam musik dangdut. Adanya ya dangdut nggak jelas seperti “Keong Racun” itu. Seolah dangdut hanya menjadi musik pengiring rumah bordil dan lapo tuak.
Saya sendiri selain sebagai Rocker juga pemuda desa yang cinta dangdut. Saya merindukan dangdut-nya Wak Haji Rhoma Irama, Bang Mansyur S, Bang Chacha Andika, Bang Meggy Z, dll. Semasa mahasiswa kami membuat lomba group dangdut ngocol yang menyindir para politikus di Sekretariat Teater KSK FKT UGM. Tajuk dari Kegiatan kami itu adalah “RHOMA IRAMA (RHOmbongan Mahasiswa penuh IRAMA)”. Salam Dangduter sejati!!!
1 comments so far
Ya benar sekali Dab, dangdut koplo harus dienyahkan dari muka bumi endonesa he3x
EmoticonEmoticon