Tuesday, October 26, 2010

Lowongan CPNS: Mantan Aktivis lebih berkualitas dibandingkan Non Aktivis

Ketika kita membuka halaman pertama Mozilla dan bertanya kepada Mbah Google “Penerimaan CPNS” maka bermunculanlah berbagai pengumuman dari bermacam instansi dan Pemda mengenai lowongan pegawai di jajarannya. Setelah saya mengamati dari PNS yang masuk dan telah bekerja, terdapat kualitas yang sangat jauh berbeda jika dibandingkan antara dua macam PNS yakni yang Aktivis dan Non Aktivis.


Aktivis dan Non Aktivis ini bisa dilihat dari Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) mereka tatkala masih kuliah ditambah pekerjaan mereka sebelum menjadi PNS. Sayangnya, kebanyakan instansi dan Pemda justru tidak melihat sisi ini. Aktivis umumnya mempunyai ide-ide baru dan membawa kemajuan di sebuah instansi. Namun sistem pemerintahan yang pro status quo dan ‘kemandekan’ berpikir selalu mendewa-dewakan IPK di atas segala-galanya. Sedangkan perusahaan swasta yang mampu melihat peluang ini, memanfaatkan jasa para aktivis ini untuk kemajuan perusahaan mereka.


Entah sudah berapa kali kita lihat di siaran televisi, banyak PNS yang dirazia di pasar, swalayan, mall dll. Pertanyaannya? Kok bisa mereka penyelenggara tes ini tidak belajar dari pengalaman? Kok masih memilih kriteria yang itu-itu saja. Perlu ada sebuah kajian yang mendalam mengenai hal ini. Perbandingannya sangat jauh sekali, karena aktivis terbiasa dengan perbedaan pendapat, diskusi, sharing¸ sehingga tidak kaku dan text book dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada.


Istri saya kebetulan diterima menjadi CPNS satu tahun yang lalu. Saat itu dia masih mengajar di sekolah swasta yang lumayan berkualitas di kota kami. Latar belakangnya yang aktivis semenjak mahasiswa ditambah lagi dengan mengajar di sekolah swasta yang dibebani target tertentu, membuat ia terbiasa untuk bekerja ekstra. Satu periode penerimaan dengan dia, ada tiga orang satu di tata usaha dan dua lainnya guru. Dalam jangka waktu kurang dari setahun, tiga orang sisanya ikut larut dalam budaya lama. Seperti hanya masuk saat mengajar, kemudian ijin untuk hal-hal tertentu yang sebenarnya kecil dari level urgensinya, dll. Ternyata benar dugaan saya, setelah melihat CV-nya selama kuliah mereka samasekali tidak aktif dalam organisasi meskipun hanya level intra kampus (BEM, Senat, dll), apalagi untuk level di luar kampus (HMI, KAMMI, GMNI, PMII, sampai FAMRED, FORKOT dll).



Saya juga pernah mempunyai pengalaman, mempunyai seorang kawan yang cerdas dalam menyelesaikan setiap mata kuliah, lulus dengan IPK yang tinggi, cumlaude, dan akhirnya dalam setiap mengikuti tes yang diadakan berbagai instansi ia tidak diterima. Setelah saya tinggal dekat dan satu rumah, barulah saya sadari memang kecerdasan dia ada kelemahannya. Dalam sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya dia sangat lemah bahkan cenderung menciptakan konflik untuk hal-hal yang sangat kecil. Nah inilah salah satu bukti bahwa kecerdasan tidak selalu berujung pada hasil maksimal tanpa diimbangi dari sisi yang lain (Jadi ingat SQ dan EQ Cak). Bagi yang mau mengikuti tes PNS silahkan, siapkan baik-baik, jangan lewat jalan belakang (lawang buthulan Cak! He3x).

Bagi Panitia, JANGAN hanya meneliti yang kecil-kecil seperti kelengkapan dll, lihat juga calon pelamar itu pernah ikut organisasi tidak di kampusnya? Atau cuma mahasiswa DAPUR, SUMUR, KASUR dan akhirnya NGANGGUR dan hanya PNS-lah satu-satunya harapan (nek ora PNS ora iso urip Cak!). Justru lebih baik lagi, terimalah PNS dari pelamar yang “pernah” bekerja di SWASTA untuk masing-masing bidang. Setelah bekerja di swasta mungkin iklim swastanya akan terbawa saat mereka sudah menjadi PNS, tentu saja dengan CATATAN Kepala Dinas (atau siapa pun yang menjadi Pimpinan dari CPNS baru yang mantan Aktivis tsb) mau merubah budaya. Jika tidak ya sudah wassalam saja. Selamat datang di lingkarang setan kemalasan dan kerja tanpa target.


NB: Jika ingin merubah PNS menjadi produktif ubah sistem kepangkatan dari berdasarkan WAKTU menjadi berdasarkan TARGET kerja dan PRESTASI. Kenaikan golongan kok berdasarkan waktu, pintar bodoh, rajin malas, naik golongannya juga tunggu giliran wahahaha....bayangkan saja, jika hari ini atasan karena bawahannya berprestasi (misal lulus S2 sedangkan atasannya S1) langsung yang bawahan naik pangkat dan yang atasan jadi bawahan wahahaha...bingung to penjahit e Cak! Husss...cocotmu emang e iki atasan bawahan Baju!



EmoticonEmoticon