Saturday, March 15, 2014

Takmir Masjid NU Harus Jaga Ideologi Nahdliyin

PANGKALAN BUN – Pengurus Cabang (PC) Nadhlatul Ulama (NU) mengadakan Diklat Muharrik Masjid NU di Aula Hotel Mahkota, Jalan Pangeran Antasari Pangkalan Bun, Sabtu (15/3). Kegiatan ini dihadiri 155 perwakilan warga Nahdliyin se-Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Terdiri dari 25 orang dari PC NU Kobar, 90 orang Pengurus Majelis Wakil Cabang (MWC) NU di 6 kecamatan dan 50 orang perwakilan takmir masjid.

"Muharrik itu asal kata harakah atau penggerak. Yakni org yg menggerakkan masjid. Knp dicanangkan NU? karena banyak laporan dari daerah-daerah bahwa banyak masjid kita yang diambil orang. Masjid sudah dibangun orang-orang tua kita, tiba-tiba diganti amaliahnya, yang sebelumya ada qunut jadi nggak ada qunut, awalnya ada dzikir keras habis salat, eh sekarang tidak ada lagi. Bahkan yasiinan shalawatan tahlilan dibid'ah-bid'ahkan,"terang Sekretaris Lembaga Takmir Masjid (LTM) Pengurus Besar (PB) NU pusat Ibnu Hasyim dalam sambutannya di hadapan para peserta.

DIKLAT MUHARRIK MASJID Ketua PC NU Kobar yang juga menjabat Bupati Kobar Ujang Iskandar (kanan) menyampaikan amanahnya di hadapan peserta Diklat Muharrik di Aula Hotel Mahkota Pangkalan Bun, Sabtu (15/3). Hadir dalam kegiatan tersebut 6 pemateri dari PBNU Pusat antara lain Ketua LTM NU KH Abdul Manan Agani (kiri) dan Sekretaris LTM NU Ibnu Hasyim (tengah).


Ia melanjutkan sebagai langkah antisipasi, PBNU telah menerbitkan buku berisi amaliah-amaliah NU beserta dalil-dalilnya. Pasalnya, ulama-ulama NU mempunyai nasab keilmuan yang jelas sampai ke Rasulullah Muhammad SAW. "Ada radio di Solo yang ditanya jamaahnya. Apa ada orang Islam yang masuk neraka? Dia (narasumber radio itu) menjawab, ada ikut saja NU karena amaliahnya banyak bidah. Nah ini kan bahaya bagi yang awam,"tegas dia.

Ibnu juga berharap masjid bukan hanya menjadi tempat ibadah saja. Namun masjid bisa berfungsi seperti jaman Rasulullah Muhammad SAW. Selain tempat ibadah, masjid juga berfungsi untuk tempat membahas strategi perang, mengobati orang sakit, memutuskan perkara dan seputar masjid menjadi bazar pusat kegiatan perekonomian. "Jadi harusnya ada balai kesehatan, BMT (Baitul Maal wa Tamwil), jadi nanti bisa mewujudkan apa yang terkandung dalam doa selamat yang dibaca setiap habis salat itu,"imbuh dia.

Ditemui di tempat yang sama, Bupati Kobar yang juga Ketua PC NU Kobar mengatakan sudah saatnya NU bersatu dan merapatkan barisan. Salah satunya mengantisipasi hilangnya masjid mushola NU dari ideologi NU. Selain itu, kata dia, teknologi semakin modern, peran NU harus ditingkatkan. Terutama fungsi masjid sebagai pusat pergerakan warga Nahdliyin. "Momentum ini harus kita manfaatkan sebaik-baiknya, ikuti diklat muharrik sampai tuntas. Pengurus masjid jangan hanya sekedar menunggui masjid tapi buat yang profesional. Bahkan bila perlu dibuatkan badan hukum. Sehingga bisa ekspansi ke bidang-bidang lain seperti perekonomian, lembaga pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya,"terang bupati. 

Sumber: Eksposrakyat


EmoticonEmoticon

Popular Post