Thursday, June 25, 2009

Memilih Pemimpin: Cermin Bernama Sejarah

Jika anda mengenal seorang wanita yang sedang hamil. Dia telah mempunyai 8 orang anak, tiga diantaranya tuli, dua buta, satu mengalami gangguan mental dan wanita itu sendiri dianggap mengidap sipilis, apakah anda akan menyarankan untuk menggugurkan saja kandungannya?


Jika anda menjawab YA, maka anda baru saja membunuh salah satu komponis termasyur dunia, karena anak yang dikandung oleh Sang Ibu itu lahir dan diberi nama LUDWIG VAN BEETHOVEN. Nah, sekarang tiba waktunya untuk memilih seorang pemimpin dunia, dan keputusan anda berpengaruh besar terhadap siapa yang akan menjadi pemenang. Berikut ini adalah fakta mengenai ketiga calon tersebut.




Calon A
Dihubung-hubungkan dengan politisi jahat dan sering berkonsultasi dengan astrologis, punya dua orang istri muda, dia juga seorang perokok berat dan minum 8-10 botol martini setiap hari.

Calon B
Dipecat dua kali dari kantor, selalu bangun di sore hari, pernah menggunakan narkoba waktu kuliah dan minum wiski tiap sore.

Calon C
Dianggap pahlawan perang, vegetarian, tidak merokok, hanya sesekali minum bir, tidak pernah berselingkuh di luar perkawinannya

Siapa diantara ketiga calon ini yang akan anda pilih? Anda mungkin tidak akan menduga siapa sebenarnya ketiga calon di atas:

Calon A adalah Franklin D. Roosevelt
Calon B adalah Winston Churchill
Calon C adalah Adolf Hitler

Sekali lagi sejarah mengajarkan untuk tidak menilai orang dari penampilan bahkan parahnya lagi menilai orang dari masa lalunya. Masa lalu adalah kaca spion, sekali-sekali saja di tengok dan kemudian menatap ke depan lagi. Apa yang terjadi jika melihat spion terus? tentu saja menabrak kesana kemari. Bertepatan dengan hajatan politik paling akbar di negeri kita, jika ada yang mengungkit-ungkit masa lalu calon lain, sudah pasti dia itu bukan orang baik, dan itu teori kuno karena sejarah telah membuktikan tidak ada hubungannya He...he...he...

Tuesday, June 23, 2009

Presiden RI Yang Terlewatkan Sejarah

Terjadi kekeliruan sejarah pada tulisan yang disampaikan di berbagai media massa bahwa Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden ke-6 Republik Indonesia (RI). Anggapan umum bahwa tokoh yang pernah menjadi Presiden RI berturut-turut Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan kini SBY.

Padahal ada dua tokoh yang terlewat, yaitu Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (1948) ketika Soekarno dan Hatta ditangkap Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Assaat adalah Presiden RI saat republik menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (1949). Hal yang sungguh mengherankan adalah sangat sulit mencari gambar dari Mr. Asaat atau nasionalis bernama lengkap Asaat Datuk Mundo ini. Saya hanya mendapat gambar Sjafrudin Prawiranegara saja. Apapun opini yang berkembang sampai saat ini, mereka tetaplah putra-putra terbaik Indonesia yang telah menyumbangkan darma baktinya untuk kemerdekaan negeri yang teramat mereka cintai.


Surat-surat Yang Mengubah Sejarah

Saat ini, menulis surat mungkin sudah merupakan hal yang langka dilakukan di jaman sekarang. Maklum saat ini sudah banyak kemajuan teknologi yang memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi. Ada HP yang bisa kita bawa kemana-mana, ada E-Mail (internet) yang memudahkan kita mengirim surat dengan mudah, murah dan cepat. Meskipun di negara kita masih belum diimbangi dengan policy yang jelas sehingga menjerat saudari kita Prita Mulyasari beberapa waktu yang lalu.



Nah, terkait dengan Pemilihan Presiden yang akan digelar bulan depan. Saya mempunyai cerita mengenai kedekatan seorang pemimpin dalam hal ini Presiden dengan rakyatnya. Semoga kita bisa mendapatkan pemimpin yang dekat tidak hanya pada saat kampanye saja. Tulisan ini saya ambil dari E-Book "Loe Mesti Baca Buku Ini". Tulisan-tulisan saya di blog ini merupakan pindahan dari blog saya www.sangkakaladunia.tk karena tulisan ini akan lebih terbaca apabila saya pampang di Gudang Tutorial.


Pelajaran Dari Boneka Teddy Bear


Suatu hari, Presiden Theodore Roosevelt pergi berburu. Seekor beruang tertangkap dan diikat agar sang presiden dapat menembaknya, namu Presiden Roosevelt tidak mau membunuh beruang itu. Kisah ini menjadi terkenal ketika dilaporkan ke pihak surat kabar dan digambar dalam bentuk kartun.



Seorang laki-laki bernama Morris Michtom memiliki toko permen dan alat-alat tulis. Istrinya yang bernama Rose kadang-kadang membuat boneka beruang kecil yang diletakkan di jendela toko mereka. Mooris yang melihat kartun beruang di koran kemudian mendapatkan ide. Dia meminta istrinya membuat beberapa beruang khusus seperti yang ada di gambar kartun itu. Lalu Morris menulis surat yang ditujukan ke Gedung Putih, menanyakan apakah beruang baru itu boleh diberi nama Presiden. Presiden membalas surat itu. Dalam suratnya dia berkata, "Saya pikir nama saya tidak begitu berharga dalam bisnis beruang, tapi anda boleh saja menggunakannya."


Maka Morris meletakkan beruang-beruang baru itu di jendela tokonya, di sebelah gambar kartun. Boneka beruang itu dinama dengan nama panggilan Presiden Theodore Roosevelt, "Teddy". Pada akhirnya, selama berpuluh tahun ke depan sampai sekarang, dan terkenal dengan nama, "Teddy Bear."


Grace dan Jenggot Bersejarah


Ada seorang anak perempuan kecil yang bernama Grace Bedell, dan tinggal di New York. Saat berusia 11 tahun, dia menulis surat kepada seorang pria yang sangat terkenal. Dalam suratnya ia menulis permintaan agar si pria tersebut memelihara jenggotnya. Grace menganggap wajah pria tersebut terlalu kurus, dan pria itu akan tampak lebih baik apabilan berjenggot.


Suatu hari, ketia pria ini datang ke kota Grace, yaitu kota New York, dia minta untuk bisa bertemu dengan Grace. Grace pun pergi menemuinya ke stasiun. Pada masa itu, kereta api adalah kendaraan yang sangat populer termasuk untuk mengantar orang-orang terkenal. Ketika turun dari kereta dan melihat Grace, dia kemudian mencium Grace dan berkata, "Kamu lihat sendiri kan? aku membiarkan jenggotku ini tumbuh untukmu Grace."


Siapakah pria ini? Anda mungkin sering melihat lukisan atau fotonya. Namanya tidaklah asing bagi kita, yaitu Abraham Lincoln, salah satu Presiden Amerika Serikat yang paling terkenal. Anda dapat membayangkan betapa gembiranya Grace, karena seorang presiden mau mendengarkannya. Bahwa surat seorang anak perempuan kecil bernama Grace mampu mengubah sejarah.


Kisah di atas diambil dari negara yang banyak dibenci orang di dunia saat ini. Tapi sadar atau tidak, di masa lalu Amerika Serikat merupakan negara yang penuh cinta antar sesamanya. Pemimpin, politisi, oposisi, warga negara sampai koboi-koboinya. Adik saya, seorang aktivis mahasiswa yang baru mendapatkan gelar S.E. sangat membenci kebijakan-kebijakan ekonomi Amerika yang menindas bangsa lain. Konteks kekinian memang Amerika layak instrospeksi diri. Sebuah negara yang dibentuk dari perjalanan panjang mulai perang sipil sehingga bisa membentuk sebuah negara besar yang penuh kekeluargaan. Kini menjadi negara adikuasa yang bertindak semena-mena terhadap negara lain.


Kembali ke dua kisah di atas, menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya sekedar menjadi elit politik. Seorang pemimpin juga harus mempunyai kepiawaian dalam mendengar dan merespon keinginan rakyatnya. Bisa berkomunikasi dengan baik dan penuh rasa kekeluargaan. Saya tidak yakin apakah Teddy atau Lincoln menanyakan dulu,”Apakah Si Tukang Permen dan Si Anak Kecil itu termasuk dalam barisan pendukung saya? Apa partainya?”


Seandainya kita menjadi pemimpin dimana kini, di negara kita Indonesia ini, belum tentu kita bisa melakukannya. Jangankan untuk merespon surat dari tukang permen, anak kecil, tukang becak, dll. Kita dengan budaya politik di Indonesia menganggap hal-hal semacam di atas adalah sampah yang tidak layak diperhitungkan. Kita tidak tahu hanya karena perhatian kita yang sederhana kita justru bisa mengubah sejarah. Kita bisa menciptakan sejarah baru yang akan dikenang orang sepanjang masa.


Mari pilih pemimpin yang mempunyai perhatian pada kita, tidak peduli apa pun latar belakang kita. Saat seorang diangkat menjadi Presiden sebuah negara, sesungguhnya dia bukan lagi sekjen partai A, ketua partai B, capres dari partai C. Setelah ia disumpah menjadi seorang presiden, Ia adalah seorang presiden. Presiden untuk petani, tukang becak, konglomerat, pedagang gudeg, buruh kapal, tukang kayu, maling ayam, pencopet, dll. Presiden bagi semua rakyatnya.

Popular Post