Saat ini, menulis surat mungkin sudah merupakan hal yang langka dilakukan di jaman sekarang. Maklum saat ini sudah banyak kemajuan teknologi yang memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi. Ada HP yang bisa kita bawa kemana-mana, ada E-Mail (internet) yang memudahkan kita mengirim surat dengan mudah, murah dan cepat. Meskipun di negara kita masih belum diimbangi dengan policy yang jelas sehingga menjerat saudari kita Prita Mulyasari beberapa waktu yang lalu.
Nah, terkait dengan Pemilihan Presiden yang akan digelar bulan depan. Saya mempunyai cerita mengenai kedekatan seorang pemimpin dalam hal ini Presiden dengan rakyatnya. Semoga kita bisa mendapatkan pemimpin yang dekat tidak hanya pada saat kampanye saja. Tulisan ini saya ambil dari E-Book "Loe Mesti Baca Buku Ini". Tulisan-tulisan saya di blog ini merupakan pindahan dari blog saya www.sangkakaladunia.tk karena tulisan ini akan lebih terbaca apabila saya pampang di Gudang Tutorial.
Pelajaran Dari Boneka Teddy Bear
Suatu hari, Presiden Theodore Roosevelt pergi berburu. Seekor beruang tertangkap dan diikat agar sang presiden dapat menembaknya, namu Presiden Roosevelt tidak mau membunuh beruang itu. Kisah ini menjadi terkenal ketika dilaporkan ke pihak
Seorang laki-laki bernama Morris Michtom memiliki toko permen dan alat-alat tulis. Istrinya yang bernama Rose kadang-kadang membuat boneka beruang kecil yang diletakkan di jendela toko mereka. Mooris yang melihat kartun beruang di koran kemudian mendapatkan ide. Dia meminta istrinya membuat beberapa beruang khusus seperti yang ada di gambar kartun itu. Lalu Morris menulis surat yang ditujukan ke Gedung Putih, menanyakan apakah beruang baru itu boleh diberi nama Presiden. Presiden membalas surat itu. Dalam suratnya dia berkata, "Saya pikir nama saya tidak begitu berharga dalam bisnis beruang, tapi anda boleh saja menggunakannya."
Maka Morris meletakkan beruang-beruang baru itu di jendela tokonya, di sebelah gambar kartun. Boneka beruang itu dinama dengan nama panggilan Presiden Theodore Roosevelt, "Teddy". Pada akhirnya, selama berpuluh tahun ke depan sampai sekarang, dan terkenal dengan nama, "Teddy Bear."
Grace dan Jenggot Bersejarah
Suatu hari, ketia pria ini datang ke kota Grace, yaitu kota New York, dia minta untuk bisa bertemu dengan Grace. Grace pun pergi menemuinya ke stasiun. Pada masa itu, kereta api adalah kendaraan yang sangat populer termasuk untuk mengantar orang-orang terkenal. Ketika turun dari kereta dan melihat Grace, dia kemudian mencium Grace dan berkata, "Kamu lihat sendiri kan? aku membiarkan jenggotku ini tumbuh untukmu Grace."
Siapakah pria ini? Anda mungkin sering melihat lukisan atau fotonya. Namanya tidaklah asing bagi kita, yaitu Abraham Lincoln, salah satu Presiden Amerika Serikat yang paling terkenal. Anda dapat membayangkan betapa gembiranya Grace, karena seorang presiden mau mendengarkannya. Bahwa surat seorang anak perempuan kecil bernama Grace mampu mengubah sejarah.
Kisah di atas diambil dari negara yang banyak dibenci orang di dunia saat ini. Tapi sadar atau tidak, di masa lalu Amerika Serikat merupakan negara yang penuh cinta antar sesamanya. Pemimpin, politisi, oposisi, warga negara sampai koboi-koboinya. Adik saya, seorang aktivis mahasiswa yang baru mendapatkan gelar S.E. sangat membenci kebijakan-kebijakan ekonomi Amerika yang menindas bangsa lain. Konteks kekinian memang Amerika layak instrospeksi diri. Sebuah negara yang dibentuk dari perjalanan panjang mulai perang sipil sehingga bisa membentuk sebuah negara besar yang penuh kekeluargaan. Kini menjadi negara adikuasa yang bertindak semena-mena terhadap negara lain.
Kembali ke dua kisah di atas, menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya sekedar menjadi elit politik. Seorang pemimpin juga harus mempunyai kepiawaian dalam mendengar dan merespon keinginan rakyatnya. Bisa berkomunikasi dengan baik dan penuh rasa kekeluargaan. Saya tidak yakin apakah Teddy atau Lincoln menanyakan dulu,”Apakah Si Tukang Permen dan Si Anak Kecil itu termasuk dalam barisan pendukung saya? Apa partainya?”
Seandainya kita menjadi pemimpin dimana kini, di negara kita Indonesia ini, belum tentu kita bisa melakukannya. Jangankan untuk merespon surat dari tukang permen, anak kecil, tukang becak, dll. Kita dengan budaya politik di Indonesia menganggap hal-hal semacam di atas adalah sampah yang tidak layak diperhitungkan. Kita tidak tahu hanya karena perhatian kita yang sederhana kita justru bisa mengubah sejarah. Kita bisa menciptakan sejarah baru yang akan dikenang orang sepanjang masa.
Mari pilih pemimpin yang mempunyai perhatian pada kita, tidak peduli apa pun latar belakang kita. Saat seorang diangkat menjadi Presiden sebuah negara, sesungguhnya dia bukan lagi sekjen partai A, ketua partai B, capres dari partai C. Setelah ia disumpah menjadi seorang presiden, Ia adalah seorang presiden. Presiden untuk petani, tukang becak, konglomerat, pedagang gudeg, buruh kapal, tukang kayu, maling ayam, pencopet, dll. Presiden bagi semua rakyatnya.
2 comments
Mantap Gan, Ane sangat suka dengan carita di atas, lihat di traffic banyak juga yang sudah baca tapi pada nggak comment, budayakan comment Gan :toast
yang jelas presidennya bukan PETUGAS PARTAI He3x
EmoticonEmoticon