Tuesday, September 8, 2009

Indonesia Bukan Satu-satunya Korban Klaim Malaysia

Gambar: Peta sengketa blok ambalat antara Indonesia Vs Malaysia

Setelah mencaplok Pulau Sipadan Ligitan dan adu otot mengenai Blok Ambalat, klaim Malaysia atas aset-aset budaya Indonesia membuat geram seluruh lapisan masyarakat kita. Klaim terhadap Lagu Rasa Sayange, Reog Ponorogo, Angklung, Batik, dan terakhir klaim
Tari Pendet yang nyata-nyata berasal dari Bali yang amat jauh dari budaya rumpun melayu. Saat saya membuka website malingsia yang merupakan link dari blog saya. Betapa kagetnya saya, ternyata kita bukan satu-satunya korban dari negeri penjiplak nomor wahid dunia Malaysia.



Gambar: Perbandingan antara Logo Taiwan dengan Logo Malaysia
 
Jika kita perhatikan dengan seksama Logo Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Malaysia ke-51, akan tampak sangat mirip (bahkan sama) dengan Logo dari Taiwan. Tulisan “It’s very well. Made in Taiwan diganti dengan “Sambutlah Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-51” dan di bagian bawah "Perpaduan Teras Kejayaan". Sedangkan gambar dari logo tersebut hanya ditambahkan bulatan kecil (seperti kepala manusia) sedangkan lainnya sama hanya dirubah warnanya saja. Apakah Malaysia tidak punya anak muda yang ahli grafis? Apa perlu mengirim mahasiswanya belajar di Kampus MSD Jogja? (Soal e koncoku ampuh grafis e kuliah ndik kono Cak!). Saya mencoba bertanya kepada teman-teman di perusahaan saya. Kebetulan Bos sebelumnya adalah orang “India” Malaysia. Orang Malaysia sendiri yang non melayu resah karena di negaranya sendiri mereka juga merasa banyak budaya mereka di plagiat oleh kaum melayu malaysia. Mereka terkenal tidak kreatif, suka meniru usaha atau kegiatan dari etnis lain yang ada di negeri jiran tersebut. Di Malaysia diberlakukan peraturan sedemikian rupa sehingga orang-orang “India” Malaysia maupun “China” Malaysia sangat dibatasi geraknya.

Gambar: Logo plesetan dari visit malaysia
Kasus Bom yang selama sepuluh tahun terakhir mendera Indonesia, notabene dipimpin oleh dua orang warga negara Malaysia. Dr. Azahari (Alm) dan Noordin M Top (semoga cepat Alm). Sementara itu, isu yang berkembang Indonesia yang dicap sebagai negara teroris. Pariwisata kita jatuh, kunjungan wisatawan berkurang, klub Manchester United tidak jadi datang bermain dengan timnas Indonesia. Sementara Malaysia justru sebaliknya, mereka gencar mempromosikan pariwisatanya (meskipun memakai budaya negara lain yang diklaim secara sepihak). Klub MU bisa main dua kali di Malaysia, bahkan beberapa MU mania Indonesia sampai menonton kesana. Bayangkan uang yang diraup oleh Malaysia dan di sisi lain kerugian milyaran dari panpel di Indonesia. Apakah ini suatu skenario? Hanya BIN yang mempunyai kewenangan untuk menyelidiki dan mencari jawabannya.

Malaysia seharusnya menyadari, banyak sebenarnya budaya melayu yang agung dan luhur untuk dipromosikan. Di masa lalu, Kerajaan Malaka merupakan salah satu kerajaan yang disegani di kawasan Nusantara. Mengapa harus meniru negara lain? Malaysia seharusnya menggali potensi budayanya sendiri. Lebih parah lagi, saat ini lagu-lagu dari band Indonesia jauh lebih digemari daripada lagu-lagu Malaysia yang bercorak melayu yang mendayu-dayu. Dari sejak saya TK sampai sekarang jika mendengarkan acara “Alamak’ (Ajang Lagu Malaysia) di radio, lagu Malaysia begitu-begitu saja. Pantaslah jika konser Kangen Band di Entikong banyak diserbu warga Malaysia di perbatasan, toko-toko kaset di Malaysia dipenuhi kaset dan CD dari Peter Pan, Padi, Dewa, Slank, dll.

Isu terakhir bahkan lagu kebangsaan Malaysia merupakan jiplakan dari lagu Terang Bulan dari Indonesia. Terlepas lagu itu notasinya diciptakan oleh orang Perancis namun fakta bahwan Presiden RI pertama Bung Karno pernah memberikan piringan hitam lagu “Terang Bulan” bisa dipastikan arah dari mana penjiplakannya. Bahasa Perancis sangat sulit dipelajari dan dilafalkan, jika saya menjadi penjiplak tentu saya lebih memilih Lagu Indonesia yang bahasanya lebih saya mengerti. Pesan damai untuk Malaysia, galilah budayamu sendiri, tunjukkan pada kami bahwa kalian berbudaya dan bukan sekedar kumpulan manusia tanpa akar budaya yang jelas. Terima Kasih.

2 comments

memang harusnya kita bergerak untuk terus melindungi budaya kita... :)

Ane emang sudah lama jengkel sama Malingsia Gan, kayaknya emang dia mau hancurin kite pelan2, ayo kita susun rencana hancurkan situs2 website Malaysuck


EmoticonEmoticon