Sebenarnya, seperti itulah kita manusia dalam memaknai rejeki. Kadan kita terlalu percaya bahkan begitu yakin dengan pekerjaan kita. Begitu bangganya, kita dengan pekerjaan kita. Padahal pekerjaan kita hanyalah sebuah kran. Apa pun pekerjaan kita itu, dosen, konsultan, buruh, tukang becak, tukang ojek, petani. Itu semua hanyalah kran yang tidak bisa mengeluarkan air (rejeki) tanpa ada faktor-faktor lain yang kasat mata.
Salah satu yang penting ada pipa paralon yakni ibadah yang menyambungkan kran kita dengan sebuah profil tank yakni ghosanah (gudang rejeki) Allah SWT. Sudahkah kita seperti itu? Apakah justru sebaliknya? Kita begitu yakin dan bangga dengan kran yang kita miliki? Karena kran kita bagus, mahal, elite? Yakinlah bahwa kran meskipun terbuat dari emas ia tetap tidak akan bisa mengeluarkan setetes air sekalipun jika tidak dihubungkan dengan sebuah pipa dan tersambung dengan tangki air.
Seorang yang bekerja dengan gaji 100 juta/bulan jika dia sakit, anak tidak benar, istri tidak sholehah naudzubillahi min dzalik dan pengeluarannya tiap bulan 150 juta, apakah dia masih bisa merasakan kebahagiaan? Atau orang yang bekerja keras dengan penghasilan milyaran tetapi diperoleh dengan cara yang tidak baik misal dengan korupsi, mencuri, sampai paling kecil mbedok ayam tetangga. Kemudian dia selalu menemui kesialan-kesialan sehingga uang tersebut tidak ada artinya, apakah dia masih bisa dikatakan bahagia? Kran tetaplah kran yang penting adalah bagaimana kita menyambungkan kran dengan pipa yang baik dan tersambung dengan sempurna ke tangki airnya.
Ibadah adalah sesuatu yang menjadi kebutuhan kita dan bukan sebaliknya sebuah kewajiban. Allah SWT itu tidak naik derajatnya atau pun turun derajatnya seperti layaknya Tuan, Raja, Pemimpin di kalangan manusia. Jadi jika seorang Direktur akan naik derajatnya hartanya wibawanya jika karyawannya rajin bekerja, dan jatuh miskin harta, wibawa, kekuasaan jika karyawannya mogok dan tidak mau bekerja. Tapi Allah SWT mau manusia ini taat semua atau ingkar semua kepada-Nya. Dia tetaplah dalam Arsy-Nya yang begitu tinggi.
Demikian jika ada kesalahan dalam kata-kata saya, dan anda merasakan ada mudharat dalam uraian saya. Saya mohon maaf, karena itu semua tak lain disebabkan saya hanyalah hamba Allah yang dha’if dan jika ada kebenaran dan dirasa ada manfaat dalam uraian saya, itu semua datang dari Allah SWT.
“Cerita di atas hanyalah FIKSI belaka, kesamaan nama tempat, suku, dan nama hanyalah kebetulan belaka.” Subhanallahi wabihamdika asyhadualla illaha illa anta astaghfirruka wa’atubuilaik
1 comments so far
renungan yang bagus sekali :D pas banget, hee...
Btw maaf kalau ngerusak suasana, saya baru up artikel - monggo mampir judulnya kran air dengan layar sentuh atau http://jasionline.com/kran-air-dengan-layar-sentuh.html
Thanks
EmoticonEmoticon