Thursday, September 15, 2016

Akibat Buntut yang Tertukar

Suatu hari di Desa Waru Doyong, pada pemerintahan Prabu Kertanegara, penguasa agung Kerajaan Singasari. Akibat banyak sapi terkena wabah aneh, harga daging sapi pun melambung tinggi.

Demang Sarawito pun mengumpulkan seluruh warga Waru Doyong di balai desa setempat. Kentongan dipukul bertalu-talu, lalu berkumpullah seluruh warga desa.

"Seluruh wargaku semua, ada kabar dari Kota Raja, harga daging sapi memang sudah tidak terkendali, oleh karena itu kemarin hulubalang Raja sudah kesini dan mengimbau semua warga mengganti masakan daging sapi diganti daging ayam!" kata Ki Demang sambil mukul gong tiga kali. Tung....tung...tung.

Warga pun bubar dan kembali berkativitas ke sawah, ladang, mande besi, jualan di warung dll. Namun baru beberapa saat, tiba-tiba puluham centeng (semacam bodyguard di era itu-red) dengan wajah garang menangkap Ki Reso pemilik warung dekat rumah Ki Demang Sarawito.



Mereka pun menyeret Ki Reso ke hadapan Ki Demang. Nampak Ki Demang sedang dalam puncak kemarahan. Wajahnya seperti kepiting rebus dan menghardik Ki Reso.

"Ki Reso! Apa maksud kamu?! Menyajikan makanan ora genah seperti itu ke anakku?! Roro Ayu Blenuk! Kamu harus aku ikat aku bawa ke Kota Raja biar dihukum," kata Ki Demang.

"Ampun Ki Demang, jangan Ki Demang, saya hanya menuruti perintah kerajaan melalui Ndoro Hulubalang dan Ki Demang. Jadi, saya biasa jual Sop Buntut SAPI saya ganti Sop Buntut AYAM," kata Ki Reso ketakutan.

"Apa?!?! Kamu harus aku bunuh, setan alas!" kata Ki Demang yang emosinya sudah menutupi logikanya.

Namun beruntung, Mpu Hanggareksa seorang pandai besi dan pendekar pilih tanding lewat bersama anaknya Arya Kamandanu dan menyelamatkan Ki Reso.


EmoticonEmoticon

Popular Post