Saya mendapat BC di WA kok sepertinya menarik kalau di share :-)
Adiba Hasan - Sabtu, 19 Rabiul Awwal 1436 H / 10 Januari 2015 11:30
Charlie Hebdo hanya sandiwara alias Psy Ops?
Beredar sebuah analisis bahwa insiden penembakan kantor
Charlie Hebdo, Paris hanya sebuah operasi sandiwara atau psy ops,
sebagaimana dilansir BSR pada Sabtu (10/1/2015).
Dalam sebuah analisis oleh Jim Stone, seorang jurnalis
investigasi independen memaparkan kejanggalan berdasarkan video
penyerangan yang terjadi di Paris tersebut sebelum berita para tersangka
pelaku penembakan meninggal dunia.
Stone mengajak pembaca untuk memperhatikan adegan bahwa,
“Polisi yang ditembak dari jarak dekat tidak mengeluarkan darah walaupun
tepat ditembak di kepalanya dan moncong senjata mengeluarkan asap
putih.”
Yang menarik adalah respon Pemerintah Perancis setelah
sandiwara ini. Mereka dengan mudah melancarkan tema IS, ISIS, Islam
setelah disodorkan terlebih dahulu pada media sosial untuk membentuk
persepsi masyarakat global.
Berikut 10 kejanggalan dalam kejadian tersebut, ditambah 2 hal yang inkonsisten.
1. 10 orang dikabarkan seharusnya tewas dan lainnya
terluka. Namun, di TKP hanya terdapat 2 ambulan saja. Bukankah
seharusnya dibutuhkan lebih dari 2 ambuan untuk mengevakuasi korban
sebanyak itu?
2. Memang suara tembakan yang terekam nampak seperti
suara tembakan sungguhan, tetapi gambar yang ada tidak begitu jelas
menampakkan lubang akibat tembakan. Yang terlihat justeru seperti stiker
lubang peluru imitasi. Sementara pada adegan lain, salah seorang polisi
kelihatan tertawa di sebelah mobil yang tertembak itu. Bukankah
seharusnya suasananya mengharukan, saat seseorang ada yang tertembak?
Sebagai tambahan, gambar situasi reka penembakan kaca depan pada Google
menghasilkan kerusakan begitu besar pada seluruh bagian kaca depan,
sementara pada kejadian di Perancis itu hanya menyisakan lubang kecil
yang terpusat pada satu titik saja, apakah itu mungkin?
3. Semua orang yang beperan pada kejadian tersebut memiliki
gaya rambut French Foreign Legion (Legiun Asing Perancis). Sangat aneh
bukan jika supir taksi dan EMT berambut seperti personil militer?
4. (ini yang bagus) Jika para pelaku dikabarkan
melarikan diri dan tidak tertangkap, bagaimana mungkin polisi Perancis
dapat mengidentifikasi mereka dalam hitungan jam, sementara tidak ada
satu pun wajah pelaku yang tertangkap kamera dimanapun? Jika terdapat
paspor seperti pada insiden-insiden 911 atau MH17 tentu itu dapat
menjelaskan identitas. Namun, tidak ada satupun pelaku yang menyerahkan
paspornya. Lantas, darimana polisi mengetahui bahwa pelaku itu beragama
Islam, bukannya agen Mossad yang sedang melakukan tugas lapangan?
Mengherankan bukan?
5. Tidak ditemukan foto atau cuplikan adegan yang
memperlihatkan tetasan darah, bahkan hanya darah palsu dari para polisi
atau korban yang katanya ditembak dengan AK-47. Padahal mereka
tergeletak selama 10 detik di trotoar sebelum tembakan kedua kali, dan
tidak ada darah setelah itu! Sungguh sangat janggal, jika ini kejadian
nyata.
6. Target dikatakan adalah sekelompok orang beragama
yahudi, siapa yang biasanya menampilkan adegan teror B.S. paling sering?
Ini memuakkan.
7. Mengapa jalanan sangat lengang dan tidak ada lalu
lintas? Insiden ini seperti sudah disetting. Seolah-olah daerah itu
telah disterilisasi sebelum ada kejadian, sehingga “pelaku teror” tahu
bahwa area itu aman untuk memerkirkan kendaraannya ddi tengah jalan dan
melakukan penembakan di satu titik strategis.
8. Bagaimana para penyerang tahu bahwa hari itu akan ada
pertemuan besar antar staff Charlie Hebdon, dimana semua orang penting
“tertarget” akan hadir bersamaan? Pembunuhan sekali waktu yang mudah
bukan? Apakah ini ada pertolongan NSA atau badan intelijen lain
semacamnya?
9.Charlie Hebdon sebelumnya dikabarkan menghadapi masalah
keuangan yang serius, mengapa tidak pada saat itu dijadikan momen psy
ops? Itu adalah alasan yang bagus untuk menutup kantor Charlie Hebdon,
tanpa membuat adegan sedramatis ini?
10.Tidak ada bukti penarikan AK saat terjadi penembakan.
Maka dicurigai bahwa senapan AK itu kosong. Lantas kalaupun isi, apakah
pelurunya peluru karet? Apapun pelurunya, tidak ada jejak darah di pihak
polisi. Padahal sebuah peluru AK telah melesat. Kalaupun polisinya
menggunakan rompi anti-peluru, hanya pistol tangan saja yang tidak dapat
menembusnya, bukan senapan AK. Ketiadaan penarikan senapan AK, sama
saja dengan tembakan kosong.
Inkonsistensi ke-11: Semua video itu direkam dari atap
gedung. Untuk kejadian yang kurang dari 1 menit, mana ada beberapa orang
begitu kompak dan gesit naik ke atas gedung yang berbeda untuk
mengabadikan sebuah insiden secepat itu? Lagipula, atap bangunan itu
atap biasa, tidak cocok untuk mengambil gambar.
Gunmen shoot a wounded police officer (R) on the ground at
point-blank range, outside the offices of French satirical newspaper
Charlie Hebdo in Paris, in this still image taken from amateur video
shot on January 7, 2015, and obtained by Reuters.
Bahkan tak seperti atap
sekokoh Starbucks atau semacamnya (yang bisa menopang bobot orang yang
mengambil gambar). Jika orang-orang itu sudah ada di atap itu dari
sebelumnya, betapa sempurnanya prediksi mereka bahwa disana akan ada
sebuah insiden hebat, sehingga mereka dapat merekamnya dari sudut yang
sempurna dari awal sampai akhir kejadian. Hanya ada satu jawaban
rasional untuk ini. Mereka naik ke atap gedung dengan sengaja, untuk
merekam kejadian yang sudah direncanakan sebelumnya. Kalaupun mereka
petugas perbaikan atap, betapa hebatnya mereka semua memiliki hanphone
dengan kamera seragam untuk merekam kejadian yang terjadi hanya sekitar
15 menit. Sudut pengambilan gambarnya begitu sempurna, begitu pula waktu
pengambilan gambar dan posisi kameranya terlalu sempurna dan tidak
mungkin dilakukan secara spontan. Bahkan robot android Data dari Star
Trek tidak akan mampu naik ke atas atap untuk mengambil gambar dalam
waktu secepat itu dan dengan gambar sebagus itu untuk direkam.
Inkonsistensi ke-12: satu tersangka pengendara yang
melarikan diri saat insiden itu terjadi sedang ada di sekolah. Sementara
teman-teman sekolahnya berdiri di depannya. Teman sekelas tersangka
penembakan Paris yang berusia 18 tahun, telah melakukan aksi protes
dengan mengatakan bahwa temannya tidak bersalah. Ia ada di dalam kelas
saat insiden penembakan di Charlie Hebdo terjadi dan menewaskan 12 orang
itu. Hamyd Mourad dilaporkan telah menyerahkan diri kepada polisi
sekitar pukul 11 malam setelah ia melihat namanya disebutkan di berita.
Sementara kawan-kawannya mengatakan bahwa ia memiliki alibi bahwa ia
tidak bersalah, karena Hamyd Mourad ada di dalam kelas saat itu. Tapi
tentu saja, hal ini tidak ada pengaruhnya, seperti pemboman Boston, saat
teman seasrama mengatakan Tsnarev tidak ada di lokasi pengeboman saat
insiden terjadi. Sekali nama seseorang dipublikasikan sebagai tersangka,
maka dia akan hancur sebagai penjahatnya. Sayang sekali Hamyd Mourad,
ia tidak dapat berharap bahwa sistem yahudi ini akan membebaskannya. Ia
akan masuk ke Guantanamo.
EmoticonEmoticon