Tidak hanya pemain sepakbola asli Indonesia yang sekarang main di Liga Luar Negeri dan tidak balik lagi alias menjadi WNA (karena tidak dipanggil Tim-Nas, sing goblok sopo hayo?). Kini giliran Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang sebentar lagi main di Liga Luar (Liga dalam negeri isine tackling keras dan main kayu Cak!). Kepergian Sri Mulyani Indrawati (SMI) memang sangat mengejutkan. Betapa tidak, di tengah hingar bingar berbagai gejolak politik di tanah air. Menkeu terbaik di Asia ini meletakkan jabatan. Hal ini terasa sangat istimewa karena selama beberapa bulan terakhir, ia selalu dicerca mengenai kasus Bank Century. Ia justru dipilih untuk menduduki salah satu jabatan penting di World Bank.
Terlepas World Bank itu kapitalis dan segala tetek bengeknya. Ini merupakan pukulan telak yang sangat bagus untuk para pencercanya selama ini. Kemampuannya di bidang ekonomi mau tak mau harus diajungi jempol. Saat belahan negara lain banyak mengalami krisis ekonomi, dia tampil sebagai Menkeu dari sebuah negara berkembang yang mampu bertahan dari terpaan krisis.
Salah satu alasan diselamatkannya Bank Century adalah karena banyak aset negara tersimpan di Bank ini. Jadi kesalahan sebenarnya dari awal adalah mengapa banyak BUMN menyimpan labanya di Bank Century? Mengapa tidak disimpan di BRI saja supaya bisa diakses oleh masyarakat? Bisa dipergunakan untuk kredit usaha kecil mulai penjual bakso, penjual mie ayam, kerajinan, warung kelontong dll. Malah disimpan di Bank Century yang cabangnya hanya ada di kota tertentu dan hanya kalangan masyarakat tertentu saja yang tahu mengenai Bank ini.
Nah, setelah terlanjur begini maka otomatis ada dua pilihan. Dikucurkan dana atau tidak? Jika dikucurkan dana, krisis ekonomi berdampak sistemik bisa dicegah (menengo cocotmu! ga usah protes dulu ada atau tidak ada krisis berdampak sistemik!). Kedua jika tidak dikucurkan, terjadi krisis, stabilitas politik keamanan dan hukum terganggu, parahnya kerusuhan seperti Mei 1998 terjadi lagi (bisa juga lebih parah yang mengancam NKRI tercinta). Belum lagi efek kepanikan publik, ketika satu Bank yang bangkrut (dan di dalamnya banyak tersimpan aset negara) tak tertolong, maka ramai-ramailah orang menarik tabungannya di Bank. Jika ini terjadi di semua Bank, ya jelas kacau bin ruwet. Pada akhirnya memang buah simalakama, dikucurkan bedhes-bedhes pasti pada ikut makan, tapi tidak dikucurkan pertaruhannya sangat besar tidak hanya bidang ekonomi namun stabilitas politik dan keamanan.
Lalu bagaimana? Jadi pertaruhannya terlalu besar (supaya sampeyan semua tahu, jadi jika ada tetangga yang bilang Century-century mengolok maling, sampai demo gowo kewan he3x wong e yo kuwi-kuwi wae sing gawa kewan. Sensasional Cak! Jadi sampeyan ben ngerti kenthang kimpul e, bongkot pucuk e, nalar ceritone, Ngono lho Nyuk!). Jadi sekarang mari kita bersama-sama fokus mencari para bedhes-bedhes itu.
Masalah dana itu akhirnya kemana-mana, ya silahkan saja diusut. Tapi yang berjasa ya tetap berjasa, yang culas segera dicari dan ditangkap (dipenthungi rame-rame yo ra opo-opo Cak!). Nah sekarang justru semakin tidak jelas mana malingnya dan mana orang yang berjasa. Jadi ya sudah wassalam saja lah. (Nyonthong suwe-suwe malah kesel lambeku Ha3x). Bagi yang demo bawa hewan ya sudahlah, yang ‘nyonthong’ ini lulusan Negoro Kewan jadi nggak usah didemo pake hewan sudah hewan Ha3x (Ssstt menengo cocotmu Su!).
Terlepas World Bank itu kapitalis dan segala tetek bengeknya. Ini merupakan pukulan telak yang sangat bagus untuk para pencercanya selama ini. Kemampuannya di bidang ekonomi mau tak mau harus diajungi jempol. Saat belahan negara lain banyak mengalami krisis ekonomi, dia tampil sebagai Menkeu dari sebuah negara berkembang yang mampu bertahan dari terpaan krisis.
Salah satu alasan diselamatkannya Bank Century adalah karena banyak aset negara tersimpan di Bank ini. Jadi kesalahan sebenarnya dari awal adalah mengapa banyak BUMN menyimpan labanya di Bank Century? Mengapa tidak disimpan di BRI saja supaya bisa diakses oleh masyarakat? Bisa dipergunakan untuk kredit usaha kecil mulai penjual bakso, penjual mie ayam, kerajinan, warung kelontong dll. Malah disimpan di Bank Century yang cabangnya hanya ada di kota tertentu dan hanya kalangan masyarakat tertentu saja yang tahu mengenai Bank ini.
Nah, setelah terlanjur begini maka otomatis ada dua pilihan. Dikucurkan dana atau tidak? Jika dikucurkan dana, krisis ekonomi berdampak sistemik bisa dicegah (menengo cocotmu! ga usah protes dulu ada atau tidak ada krisis berdampak sistemik!). Kedua jika tidak dikucurkan, terjadi krisis, stabilitas politik keamanan dan hukum terganggu, parahnya kerusuhan seperti Mei 1998 terjadi lagi (bisa juga lebih parah yang mengancam NKRI tercinta). Belum lagi efek kepanikan publik, ketika satu Bank yang bangkrut (dan di dalamnya banyak tersimpan aset negara) tak tertolong, maka ramai-ramailah orang menarik tabungannya di Bank. Jika ini terjadi di semua Bank, ya jelas kacau bin ruwet. Pada akhirnya memang buah simalakama, dikucurkan bedhes-bedhes pasti pada ikut makan, tapi tidak dikucurkan pertaruhannya sangat besar tidak hanya bidang ekonomi namun stabilitas politik dan keamanan.
Lalu bagaimana? Jadi pertaruhannya terlalu besar (supaya sampeyan semua tahu, jadi jika ada tetangga yang bilang Century-century mengolok maling, sampai demo gowo kewan he3x wong e yo kuwi-kuwi wae sing gawa kewan. Sensasional Cak! Jadi sampeyan ben ngerti kenthang kimpul e, bongkot pucuk e, nalar ceritone, Ngono lho Nyuk!). Jadi sekarang mari kita bersama-sama fokus mencari para bedhes-bedhes itu.
Masalah dana itu akhirnya kemana-mana, ya silahkan saja diusut. Tapi yang berjasa ya tetap berjasa, yang culas segera dicari dan ditangkap (dipenthungi rame-rame yo ra opo-opo Cak!). Nah sekarang justru semakin tidak jelas mana malingnya dan mana orang yang berjasa. Jadi ya sudah wassalam saja lah. (Nyonthong suwe-suwe malah kesel lambeku Ha3x). Bagi yang demo bawa hewan ya sudahlah, yang ‘nyonthong’ ini lulusan Negoro Kewan jadi nggak usah didemo pake hewan sudah hewan Ha3x (Ssstt menengo cocotmu Su!).
EmoticonEmoticon