Wednesday, July 23, 2014

Rancangan Struktur Kabinet Indonesia Hebat

Struktur Kabinet Indonesia Hebat di bawah pimpinan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang beredar di publik yang beredar melalui BC WA dan BBM:

Menko Polkam: Jenderal TNI (Purn) A.M Hendropriyono.

Menko Perekonomian : Fasial Basri.

Menteri Sekretaris Negara: Tjahjo Kumolo.

Sekertaris Kabinet: Maruarar Sirait.

Menteri Dalam Negeri: Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu.

Menteri Luar Negeri: Alwi Shihab.

Menteri Perhubungan: Letjen (Purn) Sutiyoso.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Anies Baswedan.

Menteri Pertahanan: Andi Widjajanto.

Menteri BUMN : Dahlan Iskan.

Menteri Perindustrian: Muhaimin Iskandar.

Menteri Sosial: Teten Masduki.

Menteri Hukum dan HAM: Todung Mulya Lubis.

Menteri Perdagangan: Rusdi Kirana.

Menteri Agama: Musdah Mulia.

Menteri Komunikasi dan Informasi: Surya Paloh.

Menteri Pertanian: M. Prakosa.

Menteri Pariwisata: AAGN. Puspayoga.

Menteri Kehutanan: Marwan Jafar.

Menteri Lingkungan Hidup: Alexander Sonny Keraf.

Menteri Keuangan: Sri Adiningsih.

Menteri ESDM: Kurtubi.

Menteri PPA: Khofifah Indar Parawansa.

Menteri Kesehatan: Ribka Tjiptaning Proletariyati.

Menteri Kelautan dan Perikanan: Ferry Mursyidan Baldan.

Menteri PAN: Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.

Menteri PDT: Rieke Diah Pitaloka.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: M. Jumhur Hidayat.

Menteri Perumahan Rakyat: Akbar Faisal.

Menteri Koperasi dan UKM: Budiman Sudjatmiko.

Menteri Pekerjaan Umum : Tri Rismaharani.

Menteri Pemuda dan Olah Raga: Utut Adianto.

Meneg PPN/Kepala Bapenas: Imam Sugema.

Menristek/Kepala BPPT: Helmy Faishal Zaini.

Jaksa Agung: Abraham Samad.

Kepala BIN: Jend TNI (Purn) Facrul Rozy.

Panglima TNI: Jenderal Budiman.

Kepala Bapepam : Lin Che Wei

Maka, Menjadilah seperti Musa

Maka, Menjadilah seperti Musa
 

Kutulis kata-kata ini saat kau sudah tekad berkata
Lantang mundur dari ajang yang bikin Indonesia berkamar dua
Bahwa ada aksi curang, makar gelembungkan suara
Hingga akhirnya kau urung jadi pemimpin Indonesia



Tapi ini bukan beban di pikiran hamba
Meski sinis, caci, cerca, terus membahana
Apa saja yang kau pikir dan bicara
Satu simpul di kepala mereka:
Kau, manusia berbahaya!



Meski kau urung di singgasana
Kau sudah lekati di dalam dada
Jangan surut hanya karena mereka jumawa
Atas ‘kalah’ yang kau derita
Itu tidaklah seberapa
Andai kau masih mau mengabdi pada bangsa
Demi Indonesia tidak kian nestapa
Di bawah duli presiden bergaya jari dua



Belajarlah kau pada Musa
Saat ia terusir kalah lalu dihina
Berkonsolidasi di Madyan demi titah-Nya
Bersiap siaga melawan sang angkara
Raja pendaku tuhan semesta



Kadang siapa saja berubah karena kuasa
Dulu lugu, kelak zalim demi wibawa
Ditopang puji dan puja tak berkira
Dari tukang hitung cepat, bandit BLBI, pemerhati, hingga media utama
Ditopang intelektual dan alim ulama pelawan fatwa
Maka jadilah: yang hitam, putih dikata
Yang berdarah-darah dibilang niscaya dalam angka



Pada akhirnya
Semua bisa menjadi apa saja
Jadikan presiden berpredikat durjana
Seperti Firaun di negri Mesir sana



Selaksa Musa yang riwayatkan setitik nista
Karena regangkan nyawa orang taksengaja
Setitik aib pula yang benamkan kau selamanya
Sebagai penjahat hak asasi manusia, katanya



Tapi, bangkitlah! Buktikan kau berjiwa ksatria!
Seperti Musa saat tegakkan kalimat lillahi ta’ala
Agar tuhan yang disembah hanya Dia saja
Bukan raja-raja jahat penuh polesan citra



Kau mungkin tetap selemah Musa
Saat gagap bila nanti hadapi penguasa angkara murka
Batarakala adikuasa cengkerami negara
Tapi kau telah miliki para bajik bak Khidir dan Harun namanya



Ada ulama yang sebenarnya merawat agama
Bukan sekadar fatwa meski disebut ‘bajingan’, dihina
Bertabiklah pada sederet para bijak yang siap berkata
Menasihat dari hati agar amarah berpadu dengan kuatnya jiwa
Masih ada waktu untuk berbenah melawan dusta murka
Masih ada ruang untuk mencinta, pada Indonesia tercinta
Bukan sekadar bersimbolkan burung garuda
Lebih dari itu: mendamba Nusantara jaya berpilar Pancasila



Jenderal, tetaplah kau seperti kuda!
Berlari menggapai cita, menolak lupa
Tanpa kesumat dendam membara
Karena kami percaya: menjadi dewasa
Tak harus selalu tampil di muka
Ia bisa hadir sebagai oposan penguasa
Biar rakyat tidak mudah lupa
Agar Indonesia tidak menjadi Bani Israel di hadapan Musa.



(Buat seorang perwira yang berani melawan tirani Moerdani, tapi hormati Jenderal Bintang Lima: AH Nasution)

#KangYusufMaulana @opiniym


Kemenangan Untuk Pemilih Prabowo-Hatta

Kemenangan Untuk Pemilih Prabowo-Hatta oleh: Andri Budiman
Islamedia.co - Nama presiden Republik Indonesia sudah ditetapkan di Lauhul Mahfuzh jauh sebelum bumi diciptakan. Tetapi apa pilihan kita pada pilpres kemarin akan dipertanggung jawabkan kepada Allah swt di akhirat kelak. Karena itu, siapa yang akan ditetapkan menjadi presiden oleh KPU tidak relevan dengan menang-kalahnya individu. Tetapi pilihan individu yang akan dipertanggung-jawabkannya kepada Allah swt lah yang menentukan menang-kalahnya di akhirat nanti.
Maka berbesar hati lah pemilih Prabowo-Hatta, karena ia memiliki alasan yang kuat saat dihisab nanti. Bahwa mereka – pemilih Prabowo-Hatta – telah berikhtiar menyelamatkan negeri ini dari ancaman penghapusan perda syariah, dari ancaman sekulerisasi negara ini yang ditandai dengan dihapuskannya kolom agama di KTP, dari ancaman diserahkannya menteri agama kepada syiah, dan sebagainya. Mereka sudah melaksanakan amanat maqosid syariah, yaitu Hifdz Ad-Diin (menjaga agama).

Para pemilih Prabowo-Hatta juga mereka yang telah berikhtiar menghindari negeri mereka dari dipimpin oleh orang yang tidak kompeten dan menjadi alat penipuan oleh media massa. Mereka tahu bahwa kemiskinan di Solo cukup tinggi dan kemiskinan di DKI pun meningkat saat dipimpin pesaing Prabowo, sehingga mereka mengkhawatirkan bila negara ini dipimpin oleh orang seperti itu. Mereka juga mempertimbangkan bagaimana serapan anggaran DKI yang sangat kecil saat gubernur yang sekarang memimpin, juga kasus kebocoran anggaran hingga 1,5 Triliiyun rupiah yang menyebabkan BPK men-down-grade status laporan keuangan Pemda DKI menjadi Wajar Dengan Pengecualian. Sebuah rapor merah. Atas pertimbangan-pertimbangan itu, pemilih Prabowo-Hatta sudah menjalankan amanat maqosid syariah, yaitu Hifdz Al-Mal, menjaga harta negara ini dari manajemen buruk penguasanya.

Para pemilih Prabowo-Hatta juga telah melihat bagaimana kompetitor pasangan itu adalah orang yang tidak menguasai konsep pertahanan dalam negeri. Capres lawan ingin negara ini dijaga oleh tiga buah drone yang total harganya 4,5 Milyar rupiah, padahal kemampuan drone sangat tidak memadai menjaga perbatasan Indonesia. Belum lagi drone membutuhkan satelit dalam operasionalnya,namun capres lawan membela penjualan satelit strategis RI di zaman Megawati. Capres lawan mengatakan main battle tank tidak efektif untuk wilayah Indonesia karena beratnya yang besar (60 ton), hal yang ditertawakan oleh anak SMP yang baru belajar tekanan permukaan. Dan capres lawan terlihat tidak menguasai konflik Laut Cina Selatan. Tentu pemilih Prabowo-Hatta menginginkan pemimpin yang paham bagaimana cara mempertahankan negeri ini dari asing. Keselamatan dan keutuhan negeri ini harus dijaga. Walau kemungkinan itu jauh, tetapi memilih pemimpin yang mengerti sistem pertahanan yang terbaik untuk negeri ini bila diserang oleh pihak asing adalah amanat maqosid syariah (hifdz An-Naas).

Pemilih Prabowo-Hatta adalah mereka yang menginginkan negara ini dipimpin oleh pemimpin yang tegas yang akan mencegah terjadinya perampokan sumber daya alam Indonesia oleh asing maupun warganya sendiri. Mereka cerdas membongkar pencitraan palsu media massa yang disuap oleh asing dan aseng. Mereka juga mengikuti pilihan para ulama.

Lengkap dan kokoh sudah jawaban para pemilih Prabowo-Hatta di hadapan Allah. Semoga Allah swt menerima ikhtiar kita semua.Amiin ya robbal alamiin

Sumber: Islam Media

Popular Post