Monday, May 26, 2014

Anak Buronan BLBI, Siap Melenggang Ke Senayan



Jakarta, PEMILU.com - Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Itulah gambaran peribahasa untuk Charles honoris. Meski menjadi seoarang anak buronan, namun perhelatan pemilu legislatif 9 April lalu mengantarkanya sebagai wakil rakyat di Senayan.

Pria jebolan pendidikan tinggi di bidang politik dan hukum di Tokyo, Jepang tersebut, terlihat mendapat perolehan suara yang cukup fantastis, 96. 864. Maju dari partai PDI Perjuangan dengan daerah pemilihan (dapil) Jakarta III mampu mengungguli para tetuanya, Marzuki Alie dan Effendy Simbolon yang masing-masing hanya mendapat suara 25.897 suara dan 89.028 suara.

“Terima kasih kepada 96.842 warga dapil DKI Jakarta III yang sudah memercayakan saya untuk duduk di DPR” kata Charles melalui pesan singkat kepada wartawan, kemarin.

Karena itu, Ketua DPD Taruna Merah Putih Jakarta ini pun berjanji akan bekerja maksimal dalam memperjuangkan persoalan para konstituennya di parlemen nanti. Caranya, dengan bekerja keras setiap hari guna menyerap aspirasi warga Jakarta.

“Saya sebagai kader PDI Perjuangan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada warga Jakarta atas dukungan yang telah diberikan,” ucap Charles yang juga Wakil Presiden PT. Modernland Realty Tbk.

Untuk diketahui, rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara pemilihan legislatif KPU DKI Jakarta pada 24 April lalu, menyatakan bahwa PDI-P meraih total suara sah sebanyak 266.779, yang kemudian diikuti Partai Gerindra dengan perolehan 89.692 suara, dan Partai Golkar dengan 39.618 suara.

Charles Honoris sendiri merupakan anak pengusaha dari Samadikun Hartono, yang juga pengemplang dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada 1998 silam yang hingga kini masih jadi buronan. Pada 2002 silam, Samadikun dituntut satu tahun penjara dan denda Rp20 juta karena telah merugikan keuangan negara sebesar Rp169 miliar. Namun, mantan Komisaris Utama PT Bank Modern ini melarikan diri ke Singapura saat kasusnya dalam proses kasasi.

Sumber: pemiludotcom

Friday, May 23, 2014

Prabowo dan Jokowi, Catatan Kecil Wartawan

MINUS MORAL. Kebetulan Allah SWT selalu menempatkan saya di saat-saat terakhir bagaimana seorang akan dinaikkan derajatnya oleh SWT menjadi pemimpin.

Dua tahun lalu, saya sakit perut karena hanya kurang dari 2 x24 jam Jokowi belum dapat restu dari Bu Mega. Bukan hanya Jokowi yg senewen, Prabowo sebagai orang yg ngotot Jokowi jadi Gubernur DKI juga senewen. Untuk keempat kalinya Prabowo menghadap Bu Mega, hingga akhirnya Bu Mega mau merestui Jokowi sebagai Cagub. Kenapa alot karena Bu Mega sudah memberi persetujuan bahawa PDIP mendukung Foke.

Saat bertemu terakhir antara Prabowo dan Bu Mega, Prabowo sudah nekat kalau Bu Mega tdk mengijinkan Jokowi, maka Prabowo akan “meminjam” Jokowi saja (tidak mencabut dari PDIP), dan Prabowo akan mengumpulkan partai kecil agar bisa mendaftarkan Jokowi ke KPU . Namun Bu Mega akhirnya trenyuh pada kegigihan Prabowo yg menghendaki Jokowi jadi pemimpin di Jakarta. Namun BU Mega bilang PDIP tdk memiliki dana untuk membiayai Jokowi, maka Prabowo pun menyatakan sanggup untuk membiayai.

Ketika restu datang, persoalan muncul, yakni siapa wakil Jokowi yg tepat?. Maka Prabowo yg sudah mengagumi Ahok, lantas membajak Ahok dari Golkar (karena Golkar mendukung Foke waktu itu). Prabowo sangat yakin Ahok orang bersih dan mau bekerja keras.

Saat disodorkan Ahok, Jokowi kurang sreg , bahkan dia lebih memilih Deddy Miswar. Tengah malah sebelum esok hari mendaftar di KPU, Jokowi menilpun saya soal Ahok ini. Waktu itu sy bilang…”Sudah lah terima saja dulu, dari pada milih2 ini-itu besok malah gak jadi daftar. Lagi pula Ahok ini akan bisa mendulang suara di Jakarta yg selama ini golput ,” pokoknya aku yakinkan Jokowi sampai hampir satu jam, bahwa Ahok pilihan terbaik dari nama lainnya.

Hari ini saya melihat “manusia-manusia ” baik ini terbelah menjadi berhadapan atau satu sama lain menjadi lawan. Saat saya melihat Prabowo menonton TV di pendopo rumah SBY, dimana di sebuah stasiun TV tengah di putar ulang liputan deklarasi Jokowi_JK ….entah kenapa air mata saya hampir jatuh..” dari samping saya lihat Prabowo menatap gambar di TV itu tanpa bicara sepatah kata pun, meski di sampingnya mulai dari Hatta Rajasa, Menteri Jero Wacik, Cicip Syarif Sutardja, Djan Faris dll berkomentar …Prabowo memilih diam…dan perlahan dia mundur di kerumunan itu..dan memilih tdk mendongakkan lagi waajhnya untuk melihat TV. Saya membayangkan betapa campur aduknya rasa di hatinya saat “anak” yg dibantu naikkan derajatnya itu kini menjadi “lawannya”.

Prabowo pernah berkata, kalau toh Jokowi yg “dibesarkannya” akhirnya jadi lawan , ia pernah bilang tdk masalah. Namun yg mengecewakannya adalah sejak dilantik hingga Jokowi nyapres, ternyata Jokowi itu mengucapkan terimakasih saja tidak pada Prabowo. (saya sebetulnya pernah mengingtkan Jokowi utk bertemu Prabowo , tapi kyaknya dia cuek, dan malah mengatakan yg membuat dia jadi Gubernur itu orang banyak, bukan Prabowo saja).

Sebagai orang jawa dimana saya menjujung tinggi toto kromo mikul duwur mendem jero , saya melihat apa yg saat ini saya saksikan sungguh menyayat batin saya. Bagimana tidak? Terhadap guru saya yg menjadikan saya dan teman-teman wartawan, yaitu Alm Om Valens Doi, bukan saja saya dan kawan saya Budi , bertanggung jawab terhadap keluarganya setelah Om Valens wafat, tapi kami tiap tahun juga memberingati wafatnya beliau , sebagai ungkapan rasa terimaksih kami , bahwa kami bisa seperti sekarang karena Om Valens. Kami juga selalu mengajarkan pada anak-anak wartawan, dimana ada sebagian sempat mengenal dan sebagain tdk mengenal Om Valens untuk selalu hormat, karena beliaulah kami semua bisa membangun perusahaan di mana kami bisa mencari makan dan berkarier. Kami pasang foto Om VAlens di ruang tamu kantor kami, dan kami selalu membuat kaos bergambar alm Om, sebagai rasa cinta dan hormat kami.

Hari ini saya menyaksikan seorang calon Pemimpin Negara yang dalam pandangan saya sebagai orang Jawa atau orang Indonesia MINUS MORAL, karena jangankan dia paham dengan konsep kesantunan mikul duwur mendem jero, mengucapakan terimaksih pun ternyata tdk dilakukan terhadap orang yg sudah menjadikannya dia hebat dan populer.

Ini bisa tdk penting , tapi buat saya pribadi menjadi penting, karena buat saya seorang pemimpin itu harus memiliki keteladanan moral yg baik, dan juga memiliki hati nurani yg baik . Bila tidak ? Maka yg akan dilakukan hanya mengumbar nafsu-nafsu yg ada di kepalanya dengan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Jujur salah satu yg membuat keputusan saya mendukung Prabowo , karena sy melihat Prabowo lebih punya kwalitas moral yg baik. Misalnya sebiji jarak saja orang pernah melakukan kebaikan padanya itu akan diingatnya. Sebagai contoh ada sopir pribadinya yg sudah 13 tahun pensiun , karena usia, Prabowo masih menggaji sang sopir ..bukan hanya para sopir, para judannya mulai dia jadi komandan grup sampai jdi Pangkostrad masih diperhatikan hidupnya. Alasannya, karena Prabowo sering dibantu oleh sopir dan ajudannya.

Itulah sebabnya, sy tdk pernah habis pikir kalau ada orang yg tdk mengenal Prabowo dengan seenak perutnya menyebut Prabowo sebagi manusia fasis, kejam, maniak , kasar dll….Padahal orang yg dikatakan jahat itu, memiliki hati yg jauh lebih mulia, bahkan jauuuuuuuh sekali mulianya dibandingkan yg secara fisik disebut santun, ramah, dan merakyat itu…..SAYA MENYAKSIKAN KEDUANYA BUKAN MEMBACA BERITA!

Nanik S Deyang (Seorang wartawan peliput deklarasi Prabowo Hatta dan Jokowi JK) 
Senin, 19 mei 2014

Sumber: Kompasiana

Koalisi Penghianat Intoleran Vs Koalisi Bhineka Tunggal Ika

Inspirasi artikel ini datang dari membaca beberapa ejekan lucu dari kubu Poros Jusuf Kalla kepada Poros Prabowo bahwa isi koalisi Prabowo mengumpulkan partai atau barisan sakit hati dari kelompok yang ditolak atau dihianati. Kalau dilihat sekilas ejekan ini ada benarnya, namun sayangnya fanboi Jokowi yang mendukung Poros Jusuf Kalla tersebut tidak sadar bahwa hal ini berarti kubu Jusuf Kalla diisi oleh kumpulan penghianat yang tidak bisa dipegang omongannya, tipe pagi tempe, sore tahu.

Mari kita lihat para penghianat yang berkumpul di kubu Jusuf Kalla:


1. Jokowi, capres boneka yang sudah melanggar 80 janji kepada warga Jakarta. Hari ini Ahmad Dhani membuat tweet: "Macet parah, ini gubernurnya kemana?", yah gubernurnya sedang melakukan deklarasi capres-cawapres menggunakan hari kerja dan karena itu mendapat teguran dari mendagri. Tampaknya caleg dari PKB ini akan merapat ke Gerindra?

Ada yang bertanya mengapa saya kuat membuat minimal lima artikel dalam sehari? Dibayar? Tidak, saya non-partisan tapi motivasi saya adalah tidak membiarkan Jokowi segampang itu melenggang bebas menjadi presiden, dan untuk itu semua daya upaya akan saya lakukan supaya Jokowi gagal mendapatkan ambisinya. Bila saja Jokowi tidak nyapres maka saya tidak peduli ketika persoalan HAM dipakai menyerang Prabowo padahal saya tahu Prabowo tidak bersalah dan lain sebagainya.


2. Jusuf Kalla: bila dia kader Golkar yang baik dan setia harusnya legowo ketika Rapimnas Golkar memutuskan ARB menjadi capres bukannya malah bergerilya ke sana sini dan merekayasa keadaan supaya dia bisa maju. Bukankah Golkar sudah mendukung JK untuk menjadi cawapres SBY dan capres bersama Wiranto? Masa belum puas dan merusak kesempatan kader lain? Dasar cabe tua rakus dan maruk. 


Akibat kerakusan JK sekarang Golkar berkoalisi dengan Gerindra memberikan obat bagi kelemahan Poros Gerindra yaitu TVOne. Selain itu tanpa Golkar para fanboi Jokowi akan menyebut Koalisi Gerindra sebagai koalisi partai Islam dan menciptakan situasi untuk menakut-nakuti, tapi dengan masuknya Golkar yang terkenal nasionalis dan pancasilais maka hal tersebut tidak bisa dilakukan.


3. Megawati: cukup tiga kata: Perjanjian Batu Tulis. Bila Megawati memenuhi janjinya maka dia bisa menjadikan Puan Maharani sebagai cawapres Prabowo dan Prabowo akan sulit menolak, masalahnya pasangan ini dapat dipastikan kalah telak. Hikmah kejadian ini adalah Prabowo mendapatkan mantan menteri koordinator perekonomian yang merupakan besan Presiden SBY dan dukungan Bapak Reformasi Amien Rais sehingga bisa digunakan untuk menangkis segala jenis maupun bentuk serangan HAMBURGER dan ORBA-phobi.


Jauh sebelumnya tahun 2005 Megawati juga menghianati tujuan pendirian PDIP dengan menolak regenerasi dan malah mengkultuskan dirinya sendiri sebagai mahadewi PDIP. Akibatnya banyak kader berkualitas mengundurkan diri, termasuk Pius Lustrianang, korban "penculikan" yang sekarang masuk Gerindra dan sangat membantu membela bahwa Prabowo bukan penanggung jawab peristiwa tersebut.


4. Surya Paloh: Menghianati kesepakatannya dengan Hary Tanoe bahwa dia akan konsentrasi mengurus Ormas NasDem sementara Hary Tanoe dan generasi muda lain mengembangkan Partai NasDem. Ketika Partai NasDem sudah bagus malah Surya Paloh dengan tidak tahu diri datang merebut. Bila Surya Paloh tetap pada janjinya maka Hanura bisa berkoalisi dengan Hary Tanoe dan gerbong berkualitas nomor 1 miliknya tetap dalam koalisi. Sekarang kemungkinan Hary Tanoe akan mendukung Koalisi Gerindra baik dari dalam Hanura maupun dari dalam Gerindra dengan membawa MNC TV dan Sindo media massa miliknya yang merupakan satu-satunya kelemahan besar kubu Gerindra.


5. Muhaimin Iskandar: menghianati paman sendiri, Gus Dur, dan menghianati capres mereka Rhoma Irama. Seandainya Cak Imin lebih bijak dan masih berusaha mencari mitra koalisi untuk Rhoma namun gagal dan terpaksa membatalkan pencapresan mungkin Rhoma masih akan mendukung PKB, namun Cak Imin malah melakukannya seolah Rhoma sudah bisa dibuang karena memberi suara 9% bagi PKB. Sekarang gerbong keluarga Gus Dur, simpatisan Gus Dur NU serta Rhoma Irama mendukung Prabowo-Hatta Rajasa.


6. Wiranto: saya rasa kita sudah bisa melihat bahwa Prabowo lebih populer dari Wiranto padahal Prabowo berangkat dari citra yang sangat terpuruk. Hal yang sama terjadi ketika mereka aktif, bahwa Prabowo lebih populer di kalangan tentara sementara Wiranto suam-suam kuku dan hal ini menimbulkan kecemburuan. Kecemburuan ini menyebabkan Wiranto memfitnah Prabowo mau kudeta BJ Habibie dan menimpakan semua kesalahan pada tahun 1998 kepada Prabowo serta mengadu domba antara keluarga Soeharto dan Prabowo. Sampai sekarang Wiranto masih iri karena Prabowo lebih populer padahal Prabowo sudah tidak sakit hati, dan bila saja Wiranto tidak iri hati maka hari ini dia akan bergabung dalam gerbong Prabowo ketimbang gerbong presiden boneka karena sebagian besar orang Hanura mau ke Gerindra.


Demikian pula sikap Wiranto yang menyalahkan Hary Tanoe karena kecilnya suara Hanura padahal sebelum HT masuk kurang dari setahun yang lalu Hanura baru ditinggal Akbar Faisal ke NasDem karena Akbar Faisal menilai Hanura partai gurem sementara NasDem lebih punya prospek. Selain itu Wiranto tidak berusaha berdiskusi dengan HT mengenai rencana merapat ke PDIP, dan akibatnya HT dan gerbongnya sedang dalam proses mendukung koalisi Gerindra-Prabowo Berjasa.


Lagipula dengan kubu Wiranto di kubu Poros Jusuf Kalla maka serangan HAMBURGER terutama politisasi kasus Pemerkosaan 98 kepada Poros Prabowo menjadi sulit dilakukan sebab akan menjadi senjata makan tuan.


Sebagai akibat para penghianat di atas, sekarang Poros Prabowo sangat pluralis dan indah; ada Islam plurais seperti keluarga Gus Dur/NU; ada Islam "timur tengah" (PKS); ada Islam nasionalis (PAN-PPP); ada Islam puritan (Rhoma Irama, AA Gym, Yusril Izha Mahendra); ada nasionalis (Golkar-Gerindra) ada Tionghoa Kristen (Hashim Djojohadikusumo-Hary Tanoe dll); ada ARB "pengusaha pribumi" yang mempunyai menantu seorang Tionghoa; ada campuran Jawa Islam-Manado Kristen (Prabowo); ada dari Sumatra (Hatta Rajasa); dan juga ada berbagai macam profesi yang semuanya unggulan di bidang masing-masing, ada yang teknokrat (Hatta Rajasa); filsuf (Amien Rais); ahli hukum tata negara yang selalu menang di Mahkamah Konstitusi dan PTUN (Yusril Izha Mahendra); ada pengusaha pribumi maupun Tionghoa (ARB, Hashim, Hary Tanoe, dll); ada militer (Prabowo dll); ada aktivis (Fadli Zon, Pius Lustrianang dll); dan masih banyak lagi. 


Lalu bagaimana dengan kubu Poros Jusuf Kalla? Karena sebagian menyangkut SARA maka untuk mencegah dihapus admin kompasiana, sebagian akan saya kasih petunjuk saja.

 

Di kubu tersebut ada Jusuf Kalla (silakan google alasan tahun 2008 dia menyelamatkan Grup Bakrie padahal perusahaan milik pengusaha lain juga mengalami masalah); ada Surya Paloh (silakan google alasan Sandrina Malakiano mengundurkan diri) dan melanggar HAM pekerjanya, Luviana yang dipecat dengan sewenang-wenang; ada Budiman Soejatmiko yang tidak toleran dan mau mengkomuniskan Indonesia; ada Goenawan Mohamad (Salihara-KUK-Tempo); Todung Mulya Lubis (Tifa Foundation) yang mau menghapus seluruh nilai-nilai, budaya dan tata krama khas Indonesia untuk digantikan dengan free society ala George Soros; ada Wiranto yang menciptakan FPI (tidak perlu dijelaskan bukan?); ada CSIS dengan menciptakan istilah dua Hijau, "Hijau Islam" dan "Hijau Militer" dan memutuskan mendukung "Hijau Militer" melawan "Hijau Islam" yang berusaha mendeislamisasi Indonesia melalui Benny Moerdani dan menteri dalam kabinet Pembangunan (alasan Aa Gym mendukung Prabowo Berjasa); dan lain sebagainya.

Berdasarkan fakta di atas mana Poros Penghianat dan mana Poros Etika? Mana Poros Bhineka Tunggal Ika? dan mana Poros Intoleran yang memaksakan pandangan dan nilainya kepada pihak lain? Anda yang menilai. Demikian disampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan para pembaca supaya tidak salah memilih.

Sumber: Kaskus

Popular Post